Dibangun di Atas Sumur Bandung, Didesain Arsitek Belanda
GEDUNG GEBEO: Gedung GEBEO yang mempunyai bentuk bangunan menyerupai kapal yang seolah tengah berlayar di samping aliran Sungai Cikapundung, Kota Bandung, Senin (25/3/2024). FOTO: ANTARA/RUBBY --
Cerita Gedung GEBEO, Simbol Kemajuan Teknologi Listrik di Jabar
Bandung yang dikenal sebagai “Paris van Java”, selalu mengundang kekaguman atas keindahan gemerlap cahaya lampu saat malam tiba. Tak hanya itu, bangunan tuanya juga banyak menyimpan cerita sejarah.
---
SALAH satu titik yang menjadi pusat perhatian adalah kawasan Asia-Afrika, yang menyajikan pemandangan memukau dengan lampu jalan yang menghiasi setiap sudutnya.
Ternyata, di balik gemerlap kota ini terdapat jejak sejarah panjang tentang kemajuan teknologi listrik di Tanah Air. Salah satu simbolnya adalah Gedung Gemeenschappelijk Electriciteitsbedrijf Bandoeng en Omstreken (GEBEO) yang berdiri kokoh sejak tahun 1939.
Gedung GEBEO saat ini telah beralih fungsi sebagai Kantor PLN Distribusi Jawa Barat yang terletak di Jalan Asia Afrika No. 73, Kota Bandung. Bukan hanya bangunan bersejarah, keberadaan GEBEO menjadi saksi bagaimana perkembangan teknologi listrik di Kota Bandung maupun sebagian wilayah Jawa Barat.
BACA JUGA:Pemkab Tebo Terima PPPK Non ASN Lokal
BACA JUGA:Ayam Hainan
Dibangun pada rentang tahun 1933 hingga 1939, gedung ini dirancang oleh arsitek asal Belanda bernama CPW Schoemaker. Ia menuangkan gaya art deco yang modern pada masanya, dengan bentuk bangunan menyerupai kapal yang seolah tengah berlayar di samping aliran Sungai Cikapundung.
Selang tujuh tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1946, bangunan yang bisa dilihat saat ini merupakan hasil pemugaran yang dilakukan oleh arsitek asal Amsterdam, Belanda, yakni Gmelig Meyling dengan mengubah sentuhan fasad gedung maupun beberapa ornamen pada jendela bangunan.
Pemugaran tersebut dilakukan bukan tanpa alasan, sebab sebagian bangunan ini sempat hancur dalam peristiwa Bandung Lautan Api. Pada saat tragedi itu, sebanyak 200 ribu warga Kota Bandung yang membakar bangunan maupun rumah mereka dalam kurun waktu 7 jam.
Rumah warga serta bangunan yang dibakar secara mandiri itu dilakukan agar para penjajah tidak bisa merebut wilayah Kota Bandung.
Hal ini yang membuat sang arsitek dari Negeri Kincir Angin tersebut harus melakukan restorasi, perbaikan, hingga perluasan terhadap gedung ini.
Jejak Listrik di Jabar