Banyak Material Vulkanik Mengendap di Puncak Lereng Marapi
KORBAN MARAPI: Eko (27), salah satu warga Desa Bukik Batabuah, Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat yang menjadi korban bencana banjir lahar dingin Gunung Marapi. FOTO: ANTARA/M RIEZKO BIMA ELKO PRASETYO --
Cerita Pilu Korban Banjir Lahar Dingin Gunung Marapi di Kabupaten Agam (2)
Air Sungai Batabuah yang biasanya jernih, hingga terkadang bagian dasar bisa tembus pandang, malam itu berubah menjadi sangat keruh keabu-abuan, tingginya pun hingga nyaris melampaui badan Jembatan Surau Kasiak.
---
ITULAH cerita Eko MHD Effendi, salah satu warga Desa Bukik Batabuah, Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat yang menjadi korban bencana banjir lahar dingin Gunung Marapi, Sabtu, 11 Mei 2024.
Meski harta bendanya habis, tapi Eko sekeluarga merasa beruntung, karena selamat dari peristiwa pila itu.
Eko merupakan salah satu korban dari sekian banyak korban banjir lahar dingin Marapi. Meski aman dari maut, namun warga yang bermukim di desa itu, masih dilanda kecemasan. Takut peristiwa serupa terulang kembali.
Pasalnya, berdasarkan hasil analisa dan peninjauan lapangan oleh tim Litbang Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Badan Geologi Kementerian ESDM, dan Balai Wilayah Sungai V Kementerian PUPR secara garis besar menyimpulkan ada dua faktor utama yang memperbesar potensi bencana banjir lahar dingin Gunung Marapi kembali terjadi.
BACA JUGA:Menghadapi Tingginya Angka Penyalahgunaan Narkoba, Kerinci Akan Bangun BNK
BACA JUGA:Al Haris Minta Perpanjang Runway Landasan 2 Bandara
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan faktor pertama yakni pihaknya menemukan masih banyak material vulkanik yang mengendap di puncak-lereng Gunung Marapi saat ini.
Material berupa debu, pasir halus, bebatuan (bom vulkanik) yang jumlahnya sebaran ketebalan nya diperkirakan dari 1.300 meter kubik (m3) masih tersisa sebanyak 1.000 meter kubik (m3) yang mengendap di puncak- lereng Gunung Marapi, sisa erupsi yang terjadi pada medio Desember 2023- Maret 2024.
Faktor kedua yakni masih tingginya potensi hujan berintensitas sedang, lebat – sangat lebat di atas 120 mm/hari yang akan melanda wilayah Sumatera Barat setidaknya sampai dengan 23 Mei 2024. Hal ini salah satunya dipicu oleh adanya pengaruh sirkulasi siklonik -- perlambatan kecepatan angin dan berkumpulnya awan lokal -- di wilayah sekitar Aceh- Sumatera Barat.
Para ahli geologi dan meteorologi menilai kedua faktor tersebut menjadi ancaman serius bila tidak segera dimitigasi karena hujan dapat menggugurkan endapan material vulkanik yang kemudian terbawa mengalir melalui sungai-sungai yang berhulu di Gunung Marapi.
Khususnya bagi Kabupaten Tanah Datar, Padang Panjang, Lima Puluh Kota, dan Kabupaten Agam karena letaknya beririsan langsung dengan aliran sungai yang berhulu di Gunung Marapi.