Banyak Material Vulkanik Mengendap di Puncak Lereng Marapi

KORBAN MARAPI: Eko (27), salah satu warga Desa Bukik Batabuah, Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat yang menjadi korban bencana banjir lahar dingin Gunung Marapi. FOTO: ANTARA/M RIEZKO BIMA ELKO PRASETYO --

BMKG mengkhawatirkan bila sebanyak 1.000 meter kubik material vulkanik itu kembali terbawa hanyut, karena dampaknya akan lebih luar biasa. Dibandingkan dengan bencana sebelumnya yang diperkirakan telah menghanyutkan 300 meter kubik pasir dan bebatuan ke wilayah hilir namun cukup memporakporandan lima kabupaten/kota dalam sekejap.

Para ahli dari BMKG, Badan Geologi dan Balai Wilayah Sungai merekomendasikan untuk dilakukan teknologi modifikasi cuaca yakni menaburkan garam atau NaCl ke langit Sumatera Barat. 15 ribu ton zat NaCl telah disiapkan untuk itu. Per hari ada sebanyak 2-3 ton garam yang dapat dilepaskan ke langit sekitar Gunung Marapi (sisi Barat, Utara, Tengara, dan Selatan) dengan harapan dapat memindahkan tumpukan awan penghujan itu ke laut lepas.

Normalisasi aliran sungai di daerah terdampak banjir bandang tak kalah pentingnya dalam upaya memperkecil dampak bila terjadi bencana banjir susulan. Contoh salah satunya adalah Sungai Pua di Tanah Datar dan Sungai Batabuah di Canduang, badan sungai itu saat ini menyempit karena tumpukan material sisa banjir sebelumnya. Kondisi ini butuh dikembalikan ke ukuran sebelumnya sehingga air bisa mengalir tanpa hambatan.

Untuk tahap yang lebih serius dan jangka panjang yakni dilakukan dengan; membangun infrastruktur bendungan pengendali aliran sungai (Sabo Dam) ke sebanyak 25 aliran yang berhulu Gunung Marapi.

Dari kebutuhan 25 aliran sungai saat ini, Sumatera Barat baru ada sebanyak dua Sabo Dam. Di bangun pada aliran Sungai Sabobangkahan, Batang Bangkahan, Kabupaten Tanah Datar (kapasitas tampung 26 ribu m3) dan Sabolasih, Canduang, Kabupaten Agam (kapasitas tampung 11 ribu m3).

Manfaat Sabo Dam ini dapat menahan material-material lahar maupun lainnya sehingga tidak ikut mengalir ke hilir dan memberi dampak buruk ke masyarakat yang bermukim pada hilir sungai-sungai tersebut. Oleh karena itu, kapasitas tampung Sabo Dam yang ada sudah tentu butuh diperbesar lagi mengingat ancaman masih ada ribuan meter kubik oleh Balai Besar Wilayah Sungai V Padang Kementerian PUPR.

Menciptakan sistem peringatan dini banjir lahar dingin menjadi sangat penting karena selama ini upaya tersebut masih mengandalkan hasil analisa dan prakiraan cuaca dari BMKG.

Peringatan dini atau early warning system bencana banjir bandang maupun lahar dingin itu mesti berfokus pada pengamatan wilayah aliran sungai yang ada di Sumatera Barat.

Berdasarkan hasil evaluasi atas bencana banjir lahar dingin pada 11 Mei 2024 peringatan dini dari hasil analisa cuaca BMKG tersebut tidak cukup untuk menggambarkan secara langsung kepada masyarakat bagaimana besarnya dampak yang ditimbulkan dari potensi hujan yang terdeteksi.

Pendeteksian BMKG itu menggunakan satelit mencakup seluruh wilayah yang terpantau berpotensi hujan sedang-deras. Sementara saat banjir lahar yang lalu sebagian besar wilayah hilir tidak hujan atau hujan kecil tapi hujan nya di bagian hulu yang berjarak sekitar 3-5 kilometer dari pemukiman.

BMKG menilai kondisi tersebut yang kurang tersampaikan kepada masyarakat, maka Sumatera Barat butuh peringatan dini khusus sungai.

Untuk itu, caranya yang dapat ditempuh salah satunya dengan memasang kabel sensor yang dapat mendeteksi ketinggian dan deras air lahar dingin mengalir seperti yang sudah diterapkan di Gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur.

Terakhir yakni mempercepat upaya merelokasi masyarakat dari daerah rawan.

BMKG-BWS V Padang dan Badan Geologi telah memetakan wilayah rawan terdampak banjir susulan tersebut di antaranya meliputi Desa Sawah Gombak (Kecamatan Lima Kaum, Kabupaten Tanah Datar), Desa Pasia Laweh (Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam), Desa Sungai Tarab (Kecamatan Sungai Tarab, Kecamatan Tanah Datar).

Selanjutnya, Desa Bukik Batubuah (Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam), Batipuh Ateh (Kecamatan Batipuh Ateh, Kabupaten Tanah Datar), Batipun Baruah (Kabupaten Tanah Datar), Objek Wisata Bukik Bulek (Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota), dan Lembah Anai, Kabupaten Tanah Datar.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan