Kebut Perbaikan Jalan, Banyak Jalur Alternatif yang Bisa Diambil

DESTINASI WISATA: Salah satu destinasi wisata di Alahan Panjang, Kabupaten Solok.--

Menjaga Pergerakan Wisatawan di Sumbar di Tengah Bencana

Bencana yang silih berganti melanda sejumlah daerah di Sumatera Barat sejak Desember 2023 menyebabkan sektor pariwisata terdampak. Bagaiamana mengantisipasinya?

 

PERGERAKAN wisatawan, terutama wisatawan Nusantara, menurun cukup besar. Data Dinas Pariwisata Sumbar menyebutkan penurunan pada periode Januari -- Mei 2024 mencapai 20,24 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.

Pada periode Januari -- Mei 2023 tercatat pergerakan wisatawan Nusantara mencapai 7,3 juta orang dan wisatawan mancanegara tercatat 13,3 ribu orang. Sementara pada 2024, jumlah pergerakan wisatawan Nusantara pada periode sama baru mencapai 5,8 juta orang. Namun jumlah wisatawan mancanegara pada periode sama justru naik menjadi 23 ribu orang.

Akibat penurunan pergerakan wisatawan domestik itu, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumbar, Rina Pangeran, menyatakan tingkat hunian hotel juga menurun, diperkirakan sekitar 45 persen pada periode yang sama.

Ketua Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Sumatera Barat Nasirman Chan menilai menurunnya pergerakan wisatawan itu karena banyak calon wisatawan yang tidak memahami secara utuh informasi bencana di Sumbar yang sangat masif di media massa arus utama maupun di media sosial.

Bencana banjir dan banjir bandang yang melanda Sumbar pada 11 Mei 2024 memang mengakibatkan tiga daerah terdampak cukup parah. Tiga daerah itu masing-masing Kabupaten Agam, Kota Padang Panjang, dan Kabupaten Tanah Datar.

Informasi akibat dari bencana yang paling viral, bahkan diperbaharui setiap hari di berbagai akun media sosial, adalah putusnya jalan utama Padang--Bukittinggi via Lembah Anai. Ruas jalan tersebut tengah dikebut pengerjaannya dan diperkirakan bisa dilalui kembali pada 20 Juli 2024.

Tidak bisa dimungkiri, putusnya jalan utama itu mengakibatkan akses wisatawan dari Kota Padang menuju sejumlah destinasi favorit di beberapa daerah seperti Padang Panjang, Bukittinggi, Tanah Datar, Payakumbuh, dan Limapuluh Kota, agak terganggu.

Wisatawan dari Kota Padang harus melewati jalan alternatif via Malalak jika ingin ke Bukittinggi atau kabupaten/kota sekitarnya. Atau wisatawan bisa memilih untuk melewati Sitinjau Lauik, terus ke Solok, kemudian bisa memilih ke Tanah Datar atau ke Bukittinggi via Padang Panjang.

Persoalannya, karena semua kendaraan tidak bisa melewati jalur utama, mau tidak mau harus melewati jalur alternatif tersebut sehingga kemacetan menjadi hal yang tidak bisa dihindari.

Padang--Bukittinggi yang biasanya bisa ditempuh 2,5 hingga 3 jam bila melalui jalan utama, bisa molor jadi 4--5 jam bila melalui jalan alternatif. Bagi wisatawan, duduk di atas kendaraan selama itu dirasakan tidak terlalu nyaman.

Akan tetapi tidak berarti semua daerah di Sumbar terdampak oleh bencana tersebut. Kepala Dinas Pariwisata Sumbar, Luhur Budianda memastikan banyak destinasi wisata yang bisa dinikmati wisatawan tanpa harus melalui jalur yang macet itu.

Tag
Share