JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO- Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K), Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menjelaskan perbedaan mendasar antara kelumpuhan akibat tuberkulosis (TBC) tulang belakang dan kasus polio, dalam rangka memberikan pemahaman yang tepat kepada kader posyandu pada Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio di Jakarta Pusat hari ini.
Menurut Prof. Rini, kelumpuhan yang disebabkan oleh polio terjadi secara mendadak dan permanen, karena virus polio menyerang sistem saraf.
BACA JUGA:Tips Kesehatan Saat Musim Pancaroba, Menghadapi Perubahan Cuaca dan Ancaman Penyakit
BACA JUGA:Pencegahan Penyakit Jantung Koroner Dimulai Sejak Usia 35-40 Tahun ke Atas
Sementara itu, TBC tulang belakang menyebabkan kerusakan struktural yang berpotensi menimbulkan kelumpuhan, namun dapat diobati dengan pengobatan yang tepat pada tahap awal.
"Pencegahan untuk polio dilakukan melalui imunisasi polio yang rutin, sementara untuk TBC tulang belakang, imunisasi BCG pada usia dini dapat membantu mencegah TBC berat," ujarnya.
Imunisasi BCG, yang diberikan pada bayi usia 0-1 bulan dengan suntikan di lengan kanan atas, dikenal dapat meningkatkan kekebalan terhadap TBC tulang belakang.
BACA JUGA:Kriteria Penyakit Jantung yang Memerlukan Pemasangan Ring, Ini Saran Dokter Spesialis Jantung BACA JUGA:Waspadai Peningkatan Penyakit pada Perubahan Musim di Muaro JambiEfek samping yang umum setelah imunisasi BCG adalah benjolan mengeras yang dikenal sebagai "scar BCG", yang biasanya hilang dalam beberapa minggu.
Prof. Rini juga menekankan pentingnya orang tua memastikan anak-anak mendapatkan semua dosis imunisasi sesuai jadwal yang dianjurkan, untuk melindungi mereka dari potensi kelumpuhan permanen akibat penyakit ini.
Kondisi cakupan imunisasi yang sempat menurun akibat pandemi COVID-19 menjadi perhatian serius, terutama dalam upaya menghentikan penyebaran polio.
BACA JUGA:Edukasi Penyakit Diabetes Mudahkan Penanganannya
BACA JUGA:Pola Hidup Sedentari dan Obesitas Jadi Pemicu Penyakit Batu Ginjal
Kementerian Kesehatan bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia telah menggelar PIN Polio tahap kedua di 27 provinsi, untuk menanggapi Kejadian Luar Biasa (KLB) polio yang terjadi di Papua sejak 2022.
Dr. Piprim Basarah Yanuarso, Ketua IDAI, menekankan bahwa cakupan imunisasi yang tinggi dapat mengendalikan penyebaran penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Namun demikian, upaya mempertahankan cakupan imunisasi di atas 95 persen tetap menjadi tantangan penting guna mencegah KLB polio yang dapat kembali muncul jika cakupan imunisasi menurun di bawah ambang batas yang aman.