Kuping Trump

Kamis 01 Aug 2024 - 20:30 WIB
Editor : Jurnal

Di podium, Trump baru saja mulai pidato. Ia agak lama melambaikan tangan ke segala arah sambil mondar-mandir di atas panggung. Sambutan untuk Trump begitu meriah, teriakan yel-yel tidak kunjung berakhir. 

Belum lagi antusiasme itu reda Trump langsung memulai pidato dengan mengucapkan pujian pada kota Butler, kepada negara bagian Pennsylvania dan kepada ribuan orang yang hadir saat itu. 

Tiba-tiba saja ada suara ''swiiing'' di dekat telinga kanannya. Secara spontan Trump meraba kupingnya. Berdarah. Petugas dinas rahasia pun bergegas naik ke panggung. Melindungi Trump.  

Trump sendiri seperti sudah terlatih. Ia langsung merunduk. Lalu petugas dinas rahasia merebahkannya di lantai, melindunginya. 

Catatan waktunya sangat cepat. Dari wanita melihat orang naik ke atas atap sampai Trump meraba telinga waktunya hanya dua menit. Catatan waktu saat Trump melihat darah di tangannya adalah pukul 18.11. Lebih 13 detik. 

Di menit itu juga penembak jitu dari dinas rahasia mengirim peluru panas ke orang di atas atap. Thomas tewas seketika. 

Perdebatan di Senat saat ini adalah: mengapa penembak jitu tidak melakukannya beberapa detik lebih cepat. Bahkan mengapa Thomas bisa masuk area kampanye dengan membawa senjata laras panjang. 

Komandan Dinas Rahasia merasa malu atas peristiwa itu. Pilih mengundurkan diri. 

Penggantinya pun belum bisa menjelaskan mengapa semua itu bisa terjadi. Terutama apa motif penembakan itu. Yang diketahui hanya Thomas adalah pegawai panti perawatan yang Sabtu itu minta izin tidak masuk kerja karena ada sesuatu yang lebih penting yang akan ia lalukan. 

Thomas anak seorang suami istri yang dua-duanya berprofesi di bidang pembimbingan dan penyuluhan.  

Saat SMA sang anak tergolong pandai. Terutama di pelajaran matematika dan fisika. Ia juara bidang itu. Dapat penghargaan dan hadiah uang. 

Ia juga diterima masuk Pittsburgh University, ranking 67 di Amerika. Tapi Thomas pilih masuk collage dulu. Setelah tamat collage ia pilih kerja dulu sebelum kelak ke Pittsburgh University yang dua jam dari kampungnya. 

Thomas dikenal pelajar yang pendiam. Ia sering di-bully karena pendiamnya itu. Juga karena bau badannya. 

Dua lagi: ia sering menyamar dengan pakaian berburu. Lalu ketika pakai masker ia pilih masker dokter yang untuk operasi. Ia juga di-bully saat ditolak masuk tim menembak karena gagal waktu tes. 

Selebihnya tidak ada yang tahu. 

Sebenarnya ada yang tahu. Dua hari sebelum penembakan, Thomas sudah survei lokasi. Ia juga menerbangkan drone untuk mencari lokasi yang tepat. Di Amerika tidak ada orang yang mencurigai anak muda mainan drone. Apalagi Thomas berkulit putih dan terlihat culun. 

Kategori :

Terkait

Jumat 08 Nov 2024 - 20:48 WIB

Taksi Kemudi

Kamis 07 Nov 2024 - 21:25 WIB

Bismillah Karnaval

Rabu 06 Nov 2024 - 20:37 WIB

Anwar Berkeley

Selasa 05 Nov 2024 - 18:39 WIB

Ari Dian

Sabtu 02 Nov 2024 - 17:19 WIB

Suami Sendiri