Pikul Lumpia

Kamis 08 Aug 2024 - 19:54 WIB
Editor : Jurnal

Saya tahan rasa sakit. Saya jaga wajah untuk tetap tersenyum. Baru sekali ini saya tahu ada hio dibakar dua ujungnya.

Setelah tiga kali diangguk-anggukkan, hio itu diambil petugas sembahyang. Ditancapkan di bejana abu. Asap mengepul. Bersatu dengan asap-asap dari berbagai bejana lainnya.

Komando MC selanjutnya: gerakan sujud. Maka, semua lutut bertumpu di bantal. Lalu, ada komando untuk sujud tiga kali. Sujudnya seperti salat, tapi dahi tidak sampai menyentuh tanah.

Lalu berdiri. Rakaat pertama selesai. Diteruskan dengan rakaat kedua dan ketiga. Dengan gerakan yang sama. MC pun menutup sembahyang dengan doa dalam bahasa Indonesia. Doa untuk hidup tenang, rukun, dan banyak rezeki.

Satu jam kemudian, pukul 20.00, sembahyang serupa dilakukan lagi di dalam kelenteng. Di depan altar dewa-dewa. Termasuk Dewa Cheng Ho. Juga, dewa dari kelenteng-kelenteng lain.

Sembahyang di depan altar ini ditambah satu ritual: persembahan. Arak, teh, dua macam kue dan buah.

Ketua Yayasan Tay Kak Sie, Tanto Hermawan, yang menaruhnya di atas altar. Tanto adalah pengusaha besar di bidang perikanan. Juga, punya pabrik sarung tangan. Banyak lagi usaha lainnya.

Selesai sembahyang, saya merasa lapar. Belum makan malam. Maka, kami buru-buru meninggalkan kelenteng. Anda sudah tahu ke mana: ke toko lun pia Jalan Lombok.

Rupanya Novi Sofian mengejar kami. Ketua panitia yang lima ”i” itu menarik lengan saya tepat ketika tiba di depan lun pia.

Novi menjawil saya: Bapak harus makan di kelenteng.

Maka, gagallah proyek makan lun pia Jalan Lombok. Kami balik ke kelenteng. Saya tahu: semua menunya pasti vegetarian. Apa boleh buat.

Ternyata saya akan menyesal kalau tidak makan di kelenteng. Menunya enak semua. Hao ce ting ting.

Satenya itu! Saya tambah lima tusuk lagi. Terasa benar-benar seperti daging. Lebih empuk. Seperti daging wagyu. Pun masakan lainnya.

Ternyata itu dimasak wanita yang istimewa: wanita Tionghoa dari Bandung. Usia 84 tahun. Dengan niat ibadah. Dia menyediakan diri untuk pergi ke berbagai kelenteng di Indonesia. Masak. Vegetarian. Untuk acara di kelenteng.

Namanyi: Fitrika Dewi.

Saya juga pernah makan masakan vegetarian seenak ini: di wihara baru yang sangat besar di Samarinda.

Kategori :

Terkait

Jumat 22 Nov 2024 - 21:13 WIB

Datuk ITB

Kamis 21 Nov 2024 - 20:28 WIB

Kokkang Ibunda

Rabu 20 Nov 2024 - 20:41 WIB

Bergodo Kebogiro

Selasa 19 Nov 2024 - 19:30 WIB

Critical Parah

Senin 18 Nov 2024 - 19:41 WIB

Tafsir Iqra