Jafar Ahmad yang juga jebolan Doktor Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI) menyebutkan para tokoh tersebut tentu masih ada terhadap pemenangan para kandidat calon walikota.
Namun hal itu juga akan bergantung terhadap sejuah mana mereka mampu mengaktifkan jejaring yang pernah dimiliki.
“Misalnya Fasha mampu atau tidak mengkonsolidasikan mesin politik yang memenangkan dirinya di Pilwako lalu. Begitu juga dengan Hazrin Nurdin maupun orang dibalik Budi Setiawan,” jelasnya.
Menurut Jafar yang juga adalah peneliti Idea Institute ini, seorang pemilih itu memiliki banyak pertimbangan dalam menentukan sikap.
BACA JUGA:HAR Pertimbangankan Kader PDIP Sebagai Wakil Usai Uji Kelayakan di Pilwako
BACA JUGA:Maulana Sebut Pendampingnya di Pilwako Jambi dari Kalangan Milenial
Setidaknya ada tiga variabel pemilih dalam menentukan sikap yakni karena faktor sosiologis, sikologis dan kepentingan yang terwakili.
“Sepanjang bisa menghubungkan tiga factor ini maka akan lebih efektif dalam melakukan konsolidasi pemenangan. Ini hanya bisa efektif kalau memiliki jejaring yang bisa diaktifkan dan ini memerlukan modal ekonomi,” pungkasnya. (*)