JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO-Pavel Durov, pendiri dan CEO Telegram, dilaporkan telah ditangkap di bandara Bourget, Paris, pada malam Sabtu, 24 Agustus 2024.
Berita ini disampaikan oleh media Prancis TF1 TV dan BFM TV, yang mengutip sumber anonim, sebagaimana dilaporkan Reuters.
Durov sedang bepergian menggunakan jet pribadinya ketika ia ditangkap. Penangkapan tersebut merupakan bagian dari penyelidikan awal yang dilakukan oleh pihak berwenang Prancis.
BACA JUGA:Taiwan Vonis Penjara Delapan Orang Diduga Mata-Mata China
BACA JUGA:PM Belanda Desak Gencatan Senjata di Gaza untuk Hindari Eskalasi
Menurut TF1 dan BFM TV, penyelidikan ini berfokus pada kekurangan moderator di Telegram, yang diduga memungkinkan aktivitas ilegal terus terjadi tanpa gangguan di platform perpesanan tersebut.
Hingga saat ini, Telegram belum memberikan tanggapan resmi terkait insiden ini, dan baik Kementerian Dalam Negeri Prancis maupun pihak kepolisian belum mengeluarkan komentar.
Telegram, yang sangat populer di Rusia, Ukraina, dan negara-negara bekas Uni Soviet, berada di urutan teratas platform media sosial setelah Facebook, YouTube, WhatsApp, Instagram, TikTok, dan WeChat.
Perusahaan ini menargetkan untuk mencapai satu miliar pengguna dalam waktu dekat.
BACA JUGA:Lebih dari 17.000 Kasus Infeksi Cacar Monyet di Afrika, 517 Kematian Dilaporkan
BACA JUGA:Prancis Kecam Pernyataan Israel tentang Kelaparan di Gaza
Berbasis di Dubai, Telegram didirikan oleh Durov, seorang pengusaha asal Rusia.
Durov meninggalkan Rusia pada tahun 2014 setelah menolak perintah pemerintah untuk menutup komunitas oposisi di platform media sosial VK miliknya, yang kemudian ia jual. (*)