SURABAYA, JAMBIEKSPRES.CO-Kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Timur 2024 semakin memanas dengan munculnya tiga kandidat utama yang siap bertarung untuk merebut kursi gubernur provinsi yang memiliki luas 48.033 kilometer persegi dan jumlah penduduk sekitar 41,15 juta jiwa pada 2022 ini. Ketiga kandidat tersebut adalah sosok-sosok perempuan yang berpengalaman dan memiliki basis dukungan yang kuat.
Khofifah Indar Parawansa adalah salah satu kandidat utama yang akan bertarung dalam Pilkada kali ini. Sebagai petahana yang telah memimpin Jawa Timur sejak 2019, Khofifah dikenal luas karena perannya sebagai Menteri Sosial dalam Kabinet Kerja serta jabatannya sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama (NU). Bersama dengan Emil Elestianto Dardak, yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Gubernur Jawa Timur dan juga Bupati Trenggalek, Khofifah kembali maju untuk periode kedua. Pengalaman dan jaringannya yang luas membuat Khofifah menjadi kandidat yang sangat diperhitungkan.
Di sisi lain, Tri Rismaharini, yang akrab disapa Risma, telah mendaftarkan diri sebagai kandidat pada Kamis malam (29/8) di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Timur. Risma, mantan Wali Kota Surabaya yang memimpin selama dua periode dan saat ini menjabat sebagai Menteri Sosial dalam Kabinet Indonesia Maju, juga merupakan pesaing kuat. Risma akan berpasangan dengan KH Zahrul Azhar Asumta, yang dikenal sebagai Gus Hans, seorang tokoh muda NU dan pengasuh Pondok Pesantren Queen Al Azhar Darul Ulum di Jombang. Gus Hans sebelumnya berperan sebagai juru bicara tim kampanye Khofifah-Emil pada Pilkada 2018, menambah dinamika persaingan dalam kontestasi ini.
Luluk Nur Hamidah, kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), adalah srikandi ketiga yang telah resmi maju dalam Pilkada Jatim 2024. Sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) periode 2019-2024 dan lulusan S2 Publik Administrasi dari Lee Kuan Yew School of Public Policy Singapura, Luluk dikenal aktif dalam isu kesejahteraan sosial, lingkungan, dan pemberdayaan. Dia akan berpasangan dengan Lukmanul Khakim, yang juga berasal dari PKB dan memiliki pengalaman sebagai staf khusus Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi serta Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
BACA JUGA:Cegah Kotak Kosong, KPU Perpanjangan Pendaftaran Pilkada
BACA JUGA:Dari Pemeriksa Jadi yang Diperiksa Dr. Deri Mulyadi Jalani Pemeriksaan Kesehatan
Persaingan Ketat
Secara umum, Khofifah dan Risma adalah kandidat yang lebih dikenal luas dibandingkan Luluk. Khofifah yang merupakan petahana dan Risma yang pernah memimpin Surabaya memiliki keuntungan berdasarkan pengalaman dan tingkat pengenalan publik. Namun, Luluk, meski masih relatif baru di panggung politik Jawa Timur, mendapat dukungan dari PKB, partai pemenang dalam Pemilihan Legislatif 2024 di provinsi ini dengan perolehan suara yang signifikan.
Pengamat Komunikasi Politik Universitas Brawijaya, Anang Sujoko, menilai bahwa Pilkada Jatim 2024 akan berlangsung sangat sengit. Menurut Anang, keputusan partai politik untuk mengusung kandidat perempuan tangguh menunjukkan strategi untuk menantang Khofifah, yang selama ini dianggap unggul. Anang juga mencatat bahwa Luluk Nur Hamidah dapat memberikan dampak pada perolehan suara petahana jika mesin partai bergerak efektif di seluruh kabupaten dan kota di Jawa Timur.
Salah satu aspek menarik dari Pilkada kali ini adalah keterkaitan para kandidat dengan Nahdlatul Ulama (NU). Ketiga kandidat – Khofifah, Risma, dan Luluk – akan berusaha merebut dukungan dari basis massa NU, yang merupakan kelompok pemilih penting di provinsi ini. Keterlibatan NU diprediksi akan mempengaruhi dinamika pemilihan karena basis dukungan ini sangat berpengaruh.
Adu Gagasan untuk Pembangunan
Dalam kontestasi ini, publik tentunya menantikan gagasan-gagasan yang akan diajukan oleh masing-masing kandidat untuk pembangunan Jawa Timur, sebuah provinsi yang dikenal dengan keindahan alamnya, termasuk Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru yang terkenal. Program-program yang diajukan oleh kandidat harus disampaikan secara jelas dan mendetail, mengingat adanya kelompok pemilih swing voters dan undecided voters yang dapat menentukan hasil akhir pemilihan.
Penting bagi kandidat untuk tidak hanya mengandalkan dukungan dari loyalis partai politik, tetapi juga untuk menarik perhatian kelompok pemilih yang belum memutuskan pilihan mereka. Dalam hal ini, para wakil pasangan calon, Emil, Gus Hans, dan Lukman, juga harus menampilkan diri sebagai sosok yang kompeten dan memiliki gagasan-gagasan yang relevan.
Pilkada Jawa Timur 2024 ini tidak hanya menjadi ajang bagi ketiga srikandi untuk menunjukkan kemampuan mereka, tetapi juga sebagai platform untuk merumuskan dan merealisasikan program-program yang dapat membawa perubahan positif bagi provinsi ini. Gagasan dan visi yang ditawarkan oleh masing-masing pasangan calon akan menjadi kunci dalam menentukan arah pembangunan Jawa Timur di masa depan. (ant)