Indonesia Berpeluang Jadi Pemasok Panel Surya Global

Jumat 06 Sep 2024 - 13:42 WIB
Reporter : Muhammad Akta
Editor : Muhammad Akta

JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO-Indonesia memiliki peluang untuk menjadi pemasok alternatif panel surya dunia di tengah dominasi China dalam industri ini, menurut Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Rachmat Kaimuddin.

Dalam diskusi tematik Indonesia International Sustainability Forum 2024 di Jakarta sebagaimana dikutip jambiekspres.co dari Antara, Rachmat menyebutkan bahwa Indonesia memiliki potensi energi surya yang sangat besar, mencapai 3.300 gigawatt (GW) dari total potensi energi terbarukan sebesar 3.600 GW.
Namun, ia juga menyoroti bahwa Indonesia saat ini masih perlu membangun pabrik panel surya dalam negeri dan rantai pasoknya.

BACA JUGA:Indonesia Butuh Investasi 14,2 Miliar Dolar AS untuk Pacu Kapasitas Energi Terbarukan 8,2 GW

BACA JUGA:Indonesia Kembangkan Hilirisasi Energi Baru Terbarukan di Afrika

Untuk mencapai target produksi energi surya sebesar 4,7 GW pada tahun 2030, Indonesia membutuhkan banyak investasi.

“Itu angka yang besar, tetapi kami belum mampu untuk membangun pabrik panel surya dalam skala besar. Oleh karena itu, kami perlu meningkatkan permintaan energi terbarukan secara keseluruhan,” ujarnya.
Salah satu langkah yang diambil Indonesia adalah menjalin kerja sama strategis dengan Singapura terkait pengembangan industri manufaktur energi terbarukan, termasuk produksi panel surya dan sistem penyimpanan energi baterai (BESS) untuk perdagangan listrik lintas batas.

Kemitraan ini diharapkan dapat mendorong lebih banyak investasi dalam sektor energi terbarukan di Indonesia, khususnya industri panel surya.
Kemitraan ini diyakini akan memberikan manfaat bagi kedua belah pihak.

BACA JUGA:Tambahan Anggaran Untuk Ketahanan Pangan dan Energi

BACA JUGA:Indonesia Ingin Jadi Eksportir Energi Hijau di Masa Depan

Singapura, dengan kapasitas finansial yang lebih besar, dapat mempercepat upaya mengurangi emisi karbon, sedangkan Indonesia dapat mengembangkan industri panel surya dalam negeri.

“Ini bisa menjadi contoh kolaborasi transisi energi kita memiliki bahan baku, energi, dan sumber daya manusia yang memadai. Tidak seperti di Eropa dan AS, di mana biaya tenaga kerja dan biaya energi terlalu tinggi,” kata Rachmat.
Singapura sebelumnya telah mengumumkan akan menambah impor listrik rendah karbon dari Indonesia dari 2 GW menjadi 3,4 GW untuk mendukung kebutuhan energi terbarukan di masa depan.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, dalam acara ISF 2024 di Jakarta, Kamis (5/9), menegaskan pentingnya membangun industri panel surya dalam negeri agar Indonesia dapat mengekspor energi hijau.

BACA JUGA:Menkeu siapkan Rp 421,7 triliun untuk ketahanan energi di RAPBN 2025

BACA JUGA:Kementerian ESDM Genjot Pengurangan Emisi Melalui Manajemen Energi

Menurutnya, Indonesia akan semakin kuat di pasar energi global dengan memanfaatkan potensi sumber daya alamnya, terutama silika yang melimpah untuk pembuatan panel surya. (*)

Kategori :