Gempa bumi megathrust bawah laut, yang disebut sebagai Gempa Bumi Sumatera-Andaman itu dipicu oleh rekahan sepanjang patahan Lempeng Burma dan Lempeng Hindia. Gempa bumi itu memicu tsunami setinggi 30 meter, atau 12 kali tinggi net olahraga bola voli.
Memacu Lagi Pembangunan Seusai Luluh Lantak
286.000 orang di 14 negara meninggal dunia akibat tsunami itu, termasuk 221.000 yang meninggal atau hilang di Aceh, sampai kemudian dianggap sebagai bencana alam paling dahsyat sejak pencatatan skala bencana alam diperkenalkan.
Bantuan dari seluruh dunia mengalir ke negara-negara yang ditimpa tsunami 2004 itu, yang angkanya mencapai 14 miliar dolar yang jika disesuaikan dengan nilai kurs 2023 mencapai 23 miliar dolar AS (Rp355 triliun).
7 miliar dolar AS di antaranya, yang berasal dari pemerintah Indonesia dan donor-donor internasional, mengalir ke Aceh.
Perlu waktu lama bagi Aceh untuk memulihkan diri dari bencana itu, tapi dalam kurun delapan tahun Aceh pulih setelah menjalani proses rekonstruksi panjang nan berjenjang yang dipuji komunitas global, termasuk Bank Dunia.
Ada banyak hal positif yang muncul dari bencana itu, tetapi yang paling penting mungkin ada dua.
Pertama, Indonesia menjadi memiliki sistem tanggap bencana yang lebih efektif dan cepat, yang terbukti sangat penting mengingat kondisi geografis Indonesia membuatnya harus siap menghadapi bencana alam di masa mendatang.
Dengan siap menghadapi bencana, Indonesia bisa menyelamatkan banyak nyawa dan mengelola biaya rekonstruksi yang lebih efektif serta terarah, ketika bencana terjadi lagi.
Aceh telah memberikan pelajaran sangat penting, berupa pengalaman dan pengetahuan sangat berharga kepada Indonesia dan bahkan dunia, mengenai apa yang seharusnya dilakukan ketika bencana terjadi, dan bagaimana bersiap menghadapinya.
Hal penting kedua adalah terciptanya perdamaian di Aceh yang selama hampir tiga dekade diamuk konflik yang merenggut sekitar 15.000 korban jiwa dan membuat provinsi ini terisolasi dari daerah-daerah lain di Indonesia sehingga menghambat pembangunan ekonomi di sana.
Kini Aceh memacu kembali roda perekonomian mereka sehingga bisa berlari sama kencang dengan daerah-daerah lain di Indonesia.
Ada banyak petunjuk kemajuan provinsi ini semakin baik dari waktu ke waktu. Salah satunya adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang terus membaik, seperti ditunjukkan dalam laporan Badan Pusat Statistik pada Mei 2024.
Selebrasi sekaligus pengingat
Dari laporan BPS itu tersingkap bahwa IPM Provinsi Aceh pada 2023 mencapai 74,70, naik 0,59 poin dari tahun sebelumnya.
Ini merupakan penegasan untuk fakta bahwa sejak 2016, Aceh telah menempatkan diri sebagai wilayah dengan status pembangunan manusia yang "tinggi", yang disebut BPS sebagai babak baru dalam pembangunan kualitas manusia di Aceh.