Kemenag Gunakan Data EMIS Madrasah untuk Perencanaan Mitigasi Bencana
Tangkapan layar - Direktur KSKK Madrasah, Ditjen Pendidikan Islam Kemenag, Sidik Sisdiyanto.--
JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO-Kementerian Agama (Kemenag) mengembangkan penggunaan data koordinat melalui Education Management Information System (EMIS) madrasah di seluruh Indonesia sebagai upaya perencanaan mitigasi bencana bagi peserta didik dan tenaga pendidikan.
Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah Kemenag, Sidik Sisdiyanto, menyatakan bahwa data koordinat madrasah yang terdapat dalam EMIS memiliki tingkat akurasi yang baik serta dilengkapi dengan informasi tentang topografi daerah sekitar.
"EMIS ini kami kembangkan sebagai bagian dari prinsip madrasah aman bencana yang digunakan untuk mengidentifikasi madrasah yang berada di zona rawan gempa dan tsunami," kata Sidik dalam seminar simposium perencanaan kontingensi menghadapi bencana gempa bumi megathrust yang diikuti secara daring.
Data GIS Madrasah Kemenag menunjukkan bahwa pemanfaatan EMIS saat ini mencakup 87.451 madrasah di seluruh Indonesia, yang terdiri dari Raudhatul Athfal (31.206 unit), Madrasah Ibtidaiyah (26.740 unit), Madrasah Tsanawiyah (19.380 unit), dan Madrasah Aliyah (10.105 unit).
Sidik menambahkan bahwa GIS Madrasah Kemenag telah menginventarisasi setidaknya enam madrasah di Tuapejat-Sikakap, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, yang masuk dalam zona rawan gempa dan tsunami di segmen megathrust Mentawai-Siberut.
Segmen ini merupakan salah satu dari 13 zona megathrust di Indonesia yang berpotensi mengalami gempa berkekuatan hingga 8,7 magnitudo serta tsunami, menurut ahli dari Pusat Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Untuk meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan, Sidik mengungkapkan bahwa Kementerian Agama telah memasukkan materi terkait bencana alam dalam kurikulum pendidikan madrasah.
Salah satu langkah konkret yang diambil adalah mewajibkan peserta didik dan tenaga pendidik untuk melakukan simulasi evakuasi bencana alam, seperti gempa dan tsunami, secara berkala.
“Keandalan gedung madrasah juga menjadi fokus dalam program prinsip madrasah aman bencana. Program-program ini telah berjalan dengan baik di lapangan sebagai bagian dari ikhtiar kita bersama,” pungkas Sidik.
Dengan langkah ini, Kemenag berkomitmen untuk meningkatkan keselamatan dan ketahanan pendidikan di lingkungan madrasah, memastikan bahwa siswa dan tenaga pendidik siap menghadapi berbagai risiko bencana alam yang mungkin terjadi. (*)