Museum Cut Nyak Dhien sendiri kembali dibangun Pemerintah Indonesia pada tahun 1981 hingga 1982 dan resmi dibuka untuk umum pada tahun 1987. Rumah sekaligus markas Cut Nyak Dhien bersama Teuku Umar tersebut diresmikan langsung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Ke-19 Fuad Hassan.
Sepeninggal Teuku Umar yang ditembak mati menggunakan peluru emas oleh tentara Belanda antara 10--11 Februari 1899, perjuangan tokoh Aceh itu diteruskan oleh istrinya yakni Cut Nyak Dhien.
Di dalam rumah bersejarah tersebut terdapat sejumlah bukti perjuangan sosok Teuku Umar bersama Cut Nyak Dhien dan masyarakat Aceh dalam mengusir penjajah.
Salah satu foto yang cukup kontroversial selama ini ialah mengenai wajah asli dari Cut Nyak Dhien. Berdasarkan pengakuan Asiah, foto Cut Nyak Dhien tanpa menggunakan penutup kepala merupakan akal-akalan Belanda untuk mengaburkan fakta dan sejarah perjuangan masyarakat Aceh.
Di dalam Museum Cut Nyak Dhien itu terdapat sebuah foto hitam putih dengan komposisi tiga lelaki dan dua orang perempuan. Dalam foto itu terlihat seorang perempuan terduduk sambil terisak tanpa menggunakan penutup kepala. Sosok perempuan tersebut merupakan Cut Nyak Dhien saat ditangkap oleh tentara Belanda.
"Itu foto Cut Nyak Dhien yang sedang menangis karena kerudungnya dipaksa dibuka oleh Belanda," kata dia.
Rumah panggung yang berdiri kokoh tersebut terdiri atas serambi depan, empat kamar utama yang salah satunya kamar Cut Nyak Dhien, ruang rapat, dan serambi belakang. Di bagian serambi depan terpajang 20 foto yang diperoleh dari Leiden, Belanda.
Foto-foto tersebut pada umumnya memperlihatkan bagaimana perlawanan rakyat Aceh melawan penjajah, kekejaman, dan pembantaian oleh tentara Hindia Belanda hingga wajah-wajah pribumi yang menjadi kaki tangan Belanda untuk menangkap Cut Nyak Dhien.
Kemudian di bagian serambi belakang terdapat 22 foto yang juga memperlihatkan potret perjuangan masyarakat Aceh dalam mengusir penjajah. Bahkan, di bagian pojok serambi belakang terpajang foto Letnan Jenderal J.J. Verbrught yang menembak mati Teuku Umar menggunakan peluru emas.
Tak hanya itu, salah satu foto yang menarik di rumah tersebut ialah wajah Christiaan Snouck Hurgronje yang terpampang jelas. Snouck Hurgronje adalah misionaris yang belajar Islam hingga berhasil menyusup ke Tanah Suci Mekkah menggunakan nama samaran. Semua itu ia lakukan untuk mencari cara untuk menaklukkan Aceh.
Sementara itu, Achmad Syamsudin, wisatawan asal Palembang, Sumatera Selatan, mengaku terpukau saat masuk ke dalam Museum Cut Nyak Dhien.
Setelah melihat langsung, membaca, dan mendengarkan penjelasan tentang perjuangan Cut Nyak Dhien bersama Teuku Umar melawan penjajah, menurut dia, kata perjuangan, nasionalis, religius, pantas disematkan kepada kedua pahlawan nasional itu.
"Ini sesuatu yang luar biasa di mana perempuan di agama Islam diberi waktu yang sama oleh Allah untuk berjuang sesuai kemampuannya. Namun, Cut Nyak Dhien ini lebih hebat lagi dalam mengimplementasikannya, khususnya melawan penjajah," ujar dia.
Dalam kunjungan bersama anggota keluarga, Syamsudin mengajak semua elemen bangsa terutama generasi muda untuk mengejawantahkan arti perjuangan yang telah dilakukan Cut Nyak Dhien bersama Teuku Umar.
"Perjuangan Cut Nyak Dhien perlu terus kita syiarkan kepada generasi mendatang," seru dia. (ant)