JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO-Khairul Fahmi, pengamat militer dan Co-Founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), menilai bahwa ada dua pendekatan utama yang bisa diterapkan oleh TNI dalam rekrutmen anggota Angkatan Siber.
Menurut Fahmi, pendekatan pertama adalah merekrut prajurit yang sudah aktif untuk mengikuti pendidikan militer khusus di bidang siber, baik untuk perwira, bintara, atau tamtama.
Metode ini bertujuan untuk mencetak prajurit dengan spesialisasi di sektor siber.
Pendekatan kedua adalah merekrut individu sipil dengan latar belakang teknologi informasi, yang memiliki pendidikan formal setara SMA atau Sarjana. Mereka ini akan diseleksi melalui jalur Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS).
BACA JUGA:Sejak April 2024, Cyber Polda Jambi Ajukan Pemblokiran 353 Situs Judi Online ke Kominfo
Dengan metode ini, personel sipil dapat berkontribusi dalam aspek teknis sambil tetap berada di bawah komando militer, mengingat Angkatan Siber akan menjadi bagian integral dari TNI dengan prajurit sebagai kekuatan utamanya.
Fahmi menambahkan, setelah seleksi, personel dengan latar belakang di bidang siber harus mendapatkan pelatihan khusus untuk melindungi data strategis pemerintah dari serangan siber.
Fahmi yakin bahwa menggunakan kedua metode rekrutmen secara bersamaan tidak akan merugikan TNI dan akan memastikan bahwa Angkatan Siber yang akan dibentuk nanti memiliki SDM berkualitas di bidang pertahanan siber.
Sebelumnya, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto mengungkapkan bahwa pihaknya telah menerima instruksi dari Presiden Joko Widodo untuk membentuk Angkatan Siber sebagai matra keempat di TNI. Menurut Jenderal Agus, Angkatan Siber akan berbeda dari satuan TNI lainnya, karena akan banyak diisi oleh personel sipil dengan keahlian khusus. (*)