Slow Fashion
Perjalanan Yeni Aryani menciptakan produk “Yearn” dengan mengubah limbah tali sepatu menjadi tas crochet tidak berhenti di tangan kreatifnya. Setelah berhasil menciptakan produk unik yang diminati pasar lokal, Yeni menghadapi tantangan berikutnya, bagaimana mengembangkan bisnisnya agar lebih terstruktur dan berkelanjutan. Dalam hal ini Yeni mengikuti sebuah program "Brincubator" dan "Brilianpreneur", yang memiliki peran penting dalam membantu Yeni membawa usahanya ke tingkat yang lebih tinggi dan lebih luas. Kedua program itu diinisiasi oleh Bank BRI, salah satu bank di bawah Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Dalam program Brincubator, Yeni mendapatkan kesempatan berharga untuk mengikuti pelatihan intensif mengenai pengembangan bisnis, salah satunya adalah "Business Model Canvas". Melalui pelatihan ini, Yeni belajar cara memetakan seluruh aspek bisnisnya secara lebih terstruktur, dari segi proposisi nilai, segmen pasar, hingga sumber pendapatan.
Pelatihan itu benar-benar membuka mata Yeni tentang bagaimana sebuah bisnis harus dijalankan. Sebelumnya, dia hanya fokus pada produksi, tapi sekarang dia sangat paham mengenai pentingnya strategi bisnis yang jelas.
Selain itu, dalam pembekalan juga memberikan materi tentang pelaporan dan pencatatan keuangan yang sangat krusial untuk keberlanjutan bisnis. Yeni menyadari bahwa pencatatan keuangan yang rapi dan terstruktur bukan hanya membantu dalam pengelolaan kas, tetapi juga memudahkan jika ada peluang investasi atau kerja sama dengan pihak luar. Sebelumnya, dia tidak begitu memperhatikan aspek keuangan, tapi setelah pelatihan, dia menjadi lebih disiplin dalam mencatat setiap pemasukan dan pengeluaran.
Pelatihan juga mencakup pemahaman tentang Hak Kekayaan Intelektual (HAKI). Yeni yang telah menciptakan produk unik dari limbah tali sepatu menyadari pentingnya melindungi hasil karyanya dari segi hukum. Dengan pengetahuan ini, Yeni berencana untuk mendaftarkan produknya agar dilindungi oleh HAKI, memastikan bahwa desain dan teknik yang ia kembangkan tidak bisa diambil alih oleh pihak lain.
Melalui bekal manajemen usaha yang ia dapat, Yeni berani mengusung konsep slow fashion. Slow fashion adalah sebuah gerakan yang mendorong produksi dan konsumsi pakaian secara lebih bijaksana, dengan memperhatikan aspek keberlanjutan dan etika. Berbeda dengan fast fashion yang menghasilkan pakaian secara massal dengan biaya rendah dan seringkali mengorbankan kualitas serta etika kerja, slow fashion fokus pada kualitas, daya tahan, dan keunikan setiap produk dengan mengutamakan sentuhan tangan.
Slow Fashion memiliki prinsip dasar yang menjadi pilar utama. Pertama, fesyen ini mengutamakan kualitas. Produk fesyen dibuat dengan bahan-bahan yang tahan lama, sehingga konsumen bisa menggunakannya dalam jangka waktu yang lebih lama.
Kedua, adalah produksi terbatas, sehingga pakaian diproduksi dalam jumlah yang lebih sedikit, dengan fokus pada desain timeless dan tidak cepat usang oleh tren.
Ketiga, adalah menghargai etika dan keberlanjutan. Pekerja di industri fesyen, terutama di sektor UMKM, mendapatkan upah yang layak, dan proses produksi dilakukan dengan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan. Dan yang terakhir adalah mendukung ekonomi lokal. Produk slow fashion seringkali diproduksi oleh perajin lokal atau UMKM, yang menggunakan metode tradisional dan bahan-bahan lokal, sehingga lebih bersahabat bagi pengusaha kecil. (ant)