JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO-Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyebutkan intervensi teknologi dapat memacu produksi minyak dan gas bumi nasional.
Oleh karena itu, dalam keterangannya di Jakarta, Senin, ia pun mendorong kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) untuk mengoptimalisasi produksi melalui pemanfaatan teknologi.
"KKKS yang punya produksi minyak bumi bagus, saya lihat itu ExxonMobil (ExxonMobil Cepu Limited/EMCL). (Produksi) ExxonMobil itu 25 persen dari total lifting nasional. Kita minta ada intervensi teknologi untuk bisa menaikkan lifting-nya," kata Bahlil saat mengunjungi Lapangan Banyu Urip, Bojonegoro, Jatim, Senin.
Enchanced oil recovery (EOR) merupakan salah satu teknologi, yang dianggap penting sebagai rangsangan awal dalam menggenjot produksi minyak bumi.
Kementerian ESDM bersama Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) juga sedang menjajaki kemungkinan penerbitan kebijakan intensif dalam implementasi EOR.
BACA JUGA:Registrasi Kartu Prabayar dengan Teknologi Biometrik
BACA JUGA:Mahasiswa Unja Pelajari Teknologi Canggih di China melalui Program Pertukaran Pemuda ASEAN-China
Sebelumnya, Menteri Bahlil mengungkapkan tantangan berat dihadapi Indonesia adalah ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi minyak bumi.
"Sekarang, lifting (minyak) kita itu 600 ribu barrel oil per day (BOPD). Sementara, konsumsi kita 1,5 sampai 1,6 juta BOPD," sebutnya.
Bahlil pun meminta EMCL untuk meningkatkan kapasitas produksinya menjadi 150.000 BOPD pada 2026.
"Exxon menargetkan 125 ribu barel untuk 2026. Tapi, saya punya keyakinan, dengan sistem manajemen, etos kerja, dan kreativitas tim Exxon di lapangan, ExxonMobil bisa mencapai di atas 150 ribu barel per hari pada 2026 untuk mengurangi defisit lifting kita," sebutnya.
Hingga September 2024, produksi Lapangan Banyu Urip dan Kedung Keris telah menghasilkan minyak bumi sebesar 136.701 BOPD dan 36,49 MMSCFD.
Pada Maret 2024, SKK Migas bersama EMCL juga melakukan tajak sumur produksi infill dan clastic di Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, Jawa Timur.
Selain pemanfaatan teknologi, Bahlil menekankan pentingnya KKKS untuk lebih gencar melakukan kegiatan eksplorasi sebagai program jangka panjang.
Hal itu dibutuhkan demi mengembangkan lapangan migas baru, selain Lapangan Cepu dan Lapangan Banyu Urip.