Dengan Lenso Soekarno Mempertahankan Kedaulatan Budaya dari Nekolim

Jumat 18 Oct 2024 - 20:52 WIB
Editor : Jurnal

Oleh karena itu, tidak ada pakem instrumen atau struktur khusus yang mendefinisikan genre musik lenso.

Lenso memberikan kemungkinan bagi musisi untuk bereksperimen dengan suara-suara yang menjembatani unsur musik modern, namun tetap lekat dengan ciri khas budaya Indonesia.

Selain itu, para musisi saat itu yang sebagian besar dilatih secara formal dalam tradisi musik Barat harus merumuskan metodologi dalam mengartikulasikan hal-hal yang didefinisikan sebagai "suara-suara Indonesia".

 

Salah satu tantangan pengembangan lenso sebagai genre musik adalah menunjukkan autentisitasnya. Eksperimen musik populer pada era 1960-an banyak memasukkan unsur irama bergaya Latin, seperti cha-cha dan rumba. Bahkan, lenso sendiri dianggap sebagai versi musik Hawaii yang diperlambat.

Selain sebagai upaya mempertahankan identitas nasional, bagi pengamat, lenso juga berperan dalam proses de-kolonialisasi di Indonesia, yakni upaya menanggalkan sisa-sisa peninggalan masa penjajahan Belanda.

Lenso ditafsirkan sebagai bentuk pemaknaan ulang musik tradisional Indonesia yang selama masa penjajahan didominasi oleh sudut pandang negara Barat.

Saat itu, Soekarno berpandangan bahwa aspek seni hiburan di Indonesia, terutama di bidang seni musik dan tari pasca kemerdekaan, masih terdapat pengaruh dari negara Barat.

Melalui lenso, Soekarno mengemukakan sudut pandang baru dalam memaknai aspek budaya Indonesia dengan menonjolkan tradisi musik dan tari khas Indonesia, namun tetap mengikuti perkembangan zaman.

Lenso ini digunakan sebagai alternatif, jadi bukan antitesis dari budaya Barat, tapi sebuah alternatif dan juga jawaban dari Soekarno untuk proses imperialisasi yang deras pada saat itu.

Mungkin salah satu sisi kehidupan Soekarno yang tidak banyak diketahui adalah bahwa ia pernah menciptakan sebuah lagu bertajuk "Bersuka Ria". Lagu tersebut kemudian dinyanyikan oleh Rita Zahara, Nien Lesmana, Titiek Puspa, dan Bing Slamet, dengan iringan musik lenso dari Orkes Irama pimpinan Jack Lesmana.

 

Lagu "Bersuka Ria" menjadi salah satu nomor dalam album berjudul "Mari Bersuka Ria dengan Irama Lenso" yang diproduksi dan diedarkan oleh The Indonesia Music Company Irama pada tahun 1965.

Selain "Bersuka Ria," album yang dirilis untuk memperingati satu dasawarsa Konferensi Asia-Afrika itu juga berisi lagu-lagu dari berbagai daerah, di antaranya "Soleram," "Malam Bainai," dan "Gelang Sipaku Gelang," dengan aransemen ala lenso hasil kolaborasi beberapa musisi terkenal Indonesia.

Catatan album "Mari Bersuka Ria dengan Irama Lenso" yang ditulis Syaiful Nawas dari grup musik Orkes Gumarang mengingatkan bahwa lenso sebagai proyek budaya tidak hanya berfungsi sebagai irama baru pengiring tari lenso, tapi juga perwujudan identitas nasional yang berakar dari tradisi lokal.

Keseriusan Soekarno dalam membesarkan lenso sebagai tandingan tren musik dan tari dari Barat juga diwujudkan lewat gagasan pembentukan grup musik The Lensoist. Grup musik ini beranggotakan penyanyi dan musisi kenamaan tanah air saat itu, yakni Bing Slamet, Titiek Puspa, Nien Lesmana, Munif A. Bahasuan sebagai pengisi vokal.

Kategori :

Terkini

Kamis 09 Jan 2025 - 22:57 WIB

Cabut Izin Distributor Pupuk

Kamis 09 Jan 2025 - 22:56 WIB

35 PMI Dideportasi Dari Malaysia

Kamis 09 Jan 2025 - 22:37 WIB

Kerinci Buka Asa Ke Semifinal