Dari Bangunan Peninggalan Inggris Hingga Jembatan Laut yang Iconic

Minggu 20 Oct 2024 - 21:00 WIB
Reporter : Pirma Satria
Editor : Adriansyah

‘’Ini menjadi salah satu jembatan terpanjang di Asia Tenggara. Jembatan pertama dibangun oleh arsitek Korea sementara jembatan kedua dibangun oleh arsitek China,’’ ujar Mr Sukor, driver spesialis pengantar tamu asal Indonesia kepada wartawan koran ini.

Negeri Pulau Pinang mempunyai dua pemerintah lokal yang mengelola birokrasi pemerintahan di dua wilayah timur dan barat negeri Pulau Pinang.

Dewan kota Pulau Pinang merupakan lembaga pemerintahan lokal yang megelola seluruh wilayah bagian barat negeri Pulau Pinang atau bagian pulau yang terdiri dari dua distrik/daerah yaitu Daerah Barat Daya dan Daerah Timur Laut

Sedangkan Dewan kota Seberang Perai merupakan lembaga pemerintahan lokal yang megelola seluruh wilayah bagian timur negeri Pulau Pinang atau bagian yang berada di semenanjung Malaysia yang terdiri dari tiga distrik/daerah yaitu Seberang Perai Selatan, Seberang Perai Tengah dan Seberang Perai Utara.

Pada tahun 1948, Penang menjadi bagian dari Federasi Malaya, yang kemudian menjadi Malaysia. Pulau ini menjadi pusat pertumbuhan industri sejak akhir tahun 1970-an, dan pariwisata berkembang sejak tahun 1990.

Menjejakkan kaki pertama kali di George Town Penang, kesan yang muncul adalah, kota ini merupakan sebuah kota kecil yang tenang dan menyimpan banyak sejarah.

Ini terlihat dari bangunan-bangunan yang ada di kota itu lebih didominasi oleh bangunan-bangunan lama peninggalan Inggris, bahkan sudah ditasbihkan sebagai World Heritage Sites dan sudah diakui oleh Unesco.

Bangunan-bangunan itu banyak ditemukan di sudut-sudut Kota George Town, seperti di Lebuh Pitt, Lebuh Acheh, Lebuh Armenian dan Lebuh Chulia.

Untuk diketahui, Lebuh dalam Bahasa Malaysia artinya Jalan. Bisa dimaknai sebagai jalan raya atau lorang di tengah kota.

‘’Jadi yang pertama kali datang ke Penang ini adalah Orang Aceh dan Orang Melayu, sehingga pengaruh Melayu masih sangat besar di George Town ini,’’ tambahnya.

Menurutnya, ada beberapa kawasan di George Town  yang dilakukan reklamasi oleh pemerintah. Salah satunya adalah di kawasan Lebuh  Cecil.

‘’Ini dulu laut, sekarang sudah direklamasi dan menjadi tempat pemukiman,’’ sebutnya sambil menunjuk ke kawasan tersebut.

Uniknya, bangunan-bangunan bersejarah peninggalan Inggris ini masih mempertahankan konsep aslinya, tanpa ada renovasi. Bahkan, banyak yang dijadikan kafe atau tempat-tempat makan. Meskipun di beberapa bagian sudah ada yang bersanding dengan bangunan-bangunan modern dan gedung-gedung pencakar langit.

‘’Kalau  bangunan world heritage sites tidak boleh direnovasi, sehingga masih sangat banyak bangunan-bangunan tua yang bisa kita temukan di George Town ini,’’ sebut Mr Shukor yang mengaku lahir di kota ini, 60 tahun silam.

Bangunan-bangunan  Kolonial Inggris di George Town yang sampai saat ini masih terawan antara lain City Hall yang dibangun pada tahun 1883, benteng Fort Cornwallis, Komtar yang menjadi pusat komersial, Penang State Museum, sebuah gereja tua St. George's Church serta Victoria Memorial Clock Tower.

Menurut Mr Shukor, tak hanya banyak menyimpan bangunan bersejarah peninggalan Inggris, di George Town juga banyak terdapat rumah-rumah lama yang menjadi penanda kebudayaan China di Penang secara umum.

Kategori :