JAKARTA- Badan Pangan Nasional (Bapanas) menggandeng tenaga pendidik untuk memperluas gerakan pola konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA) khususnya dari kalangan pendidikan.
“Guru dan pengajar dapat menjadi agen perubahan yang mengarahkan anak-anak dalam memahami pentingnya pola makan B2SA," kata Direktur Penganekaragaman Konsumsi Pangan Bapanas Rinna Syawal dalam keterangan di Jakarta, Rabu.
Bapanas menggandeng tenaga pendidik dalam Focus Group Discussion (FGD) Optimalisasi Pangan Lokal Pendamping Beras Menuju Daulat Pangan di Semarang, Jawa Tengah.
Menurut Rinna, dengan pemahaman sejak dini, diharapkan anak-anak khususnya TK dan siswa sekolah dasar mampu menerapkan kebiasaan makan yang baik dan seimbang ini hingga dewasa.
Ia menuturkan, penerapan pola konsumsi pangan Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA) menjadi salah satu langkah penting dalam membentuk kebiasaan makan sehat sejak dini.
Untuk mencapai tujuan ini, Badan Pangan Nasional menggencarkan sosialisasi dan edukasi mengenai konsep B2SA bukan hanya kepada anak murid di sekolah, melainkan juga hingga ke tenaga didiknya.
Rinna mengungkapkan, dengan penerapan pola makan B2SA, anak-anak dapat belajar bagaimana memilih jenis makanan yang tepat dan tidak hanya mengenyangkan tetapi juga mendukung fungsi tubuh dan kesehatan mereka secara menyeluruh.
“Makan itu bukan cuma untuk menghilangkan rasa lapar, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan tubuh secara optimal. Sesuai dengan konsep triguna makanan, yakni sumber tenaga, pembangun, dan pengatur. Prinsip ini sudah tertuang ke dalam konsep 'Isi Piringku' yang berbasis B2SA," tambah Rinna.
Lebih lanjut, menurutnya pengenalan pola konsumsi B2SA kepada 200 peserta yang merupakan guru TK se-kota Semarang ini sekaligus menjadi salah satu upaya untuk mengkampanyekan pentingnya pemanfaatan pangan lokal sebagai alternatif pendamping beras dalam konsumsi sehari-hari serta menciptakan kreasi olahan pangan lokal yang praktis dan mudah diaplikasikan.
Rinna menegaskan bahwa makan B2SA tidak mahal dengan memanfaatkan pangan lokal yang mudah ditemui di sekitar.
"Indonesia kaya akan keanekaragaman pangan sumber karbohidrat yang bisa dijadikan alternatif pengganti beras, seperti sorgum, jagung, singkong, kentang, dan umbi lainnya yang tidak kalah kandungan gizi dan manfaat kesehatannya," imbuh Rinna.
Kegiatan yang diselenggarakan oleh Dinas Ketahanan Pangan Kota Semarang dalam rangka memperingati Hari Pangan Sedunia tersebut juga dimeriahkan dengan Lomba Kudapan Bergizi Berbahan Lokal untuk Anak Usia Dini. (ant)