JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO –Direktur Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek), Beny Bandanadjaja, menyatakan bahwa penambahan talenta digital merupakan salah satu fokus utama dalam program pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
“Mengembangkan talenta digital yang dapat menjadi keuntungan bagi Indonesia di masa depan adalah salah satu arahan dari Presiden kita yang baru, Pak Prabowo, terutama dalam aspek digitalisasi,” ujar Beny di Jakarta.
Saat ini, talenta dengan keterampilan seperti programming, machine learning, dan decoding sangat diminati oleh industri.
Selain untuk kebutuhan industri, pekerja dengan kemampuan ini juga berpotensi berkarier secara mandiri sebagai programmer lepas.
“Kesempatan bagi mereka untuk mendapatkan pekerjaan tidak hanya terbatas pada perusahaan yang membutuhkan, tetapi juga bisa mandiri dengan mencari proyek-proyek dari berbagai sumber,” jelasnya.
Merespons tingginya kebutuhan talenta digital ini, PT Bank DBS Indonesia melalui DBS Foundation akan menyelenggarakan kembali Coding Camp bekerja sama dengan Kemendiktisaintek dan Dicoding Indonesia pada tahun depan.
Head of Group Strategic Marketing and Communications PT Bank DBS Indonesia, Mona Monika, menyebut program ini bertujuan memperluas akses literasi digital bagi peserta didik di seluruh Indonesia.
Melalui program ini, DBS Foundation berharap dapat memberdayakan generasi muda dengan keterampilan digital yang relevan dan siap pakai, mempersiapkan mereka menjadi talenta yang siap bersaing di era teknologi.
Narenda Wicaksono, Founder & CEO Dicoding Indonesia, menyampaikan bahwa Coding Camp ini menawarkan pelatihan front-end, back-end, dan machine learning yang setara dengan 900 jam pembelajaran atau 20 SKS dalam satu semester, sesuai dengan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka.
“Program ini mendukung Merdeka Belajar Kampus Merdeka melalui payung Kampus Merdeka,” ujarnya.
Program pelatihan ini, yang ditargetkan untuk 6.000 peserta pada 2025-2026, mencakup keterampilan teknologi informasi, komunikasi, personal branding, persiapan wawancara kerja, kecakapan bahasa Inggris, serta literasi keuangan.
Kelompok yang diprioritaskan adalah mahasiswa D3 dan D4, pelajar SMK, kelompok disabilitas, perempuan, pendidik, serta masyarakat berpenghasilan rendah, dalam rangka meningkatkan kesetaraan di sektor teknologi.
Program ini tidak hanya bertujuan meningkatkan hard skills dan soft skills peserta, tetapi juga membantu mereka memasuki dunia kerja.
“Kami memiliki internship connector dan menyalurkan peserta ke lebih dari 500 ribu perusahaan mitra kami,” kata Narenda.
Selama hampir dua tahun berjalan, Coding Camp powered by DBS Foundation telah memberikan pembelajaran teknologi yang inklusif, menjangkau 26 ribu perempuan, 946 penyandang disabilitas, dan lebih dari 22 ribu peserta dari keluarga pra-sejahtera. (*)