Di aplikasi tersebut, masyarakat tinggal menuliskan kata atau kalimat dengan huruf latin dan langsung ada terjemahan atau tulisan dalam aksara Jawa. Sembilan puluh sembilan persen penulisan aksara Jawa yang disusun sudah benar.
Upaya pelestarian aksara Jawa juga dilakukan dengan menggelar kompetisi yang diikuti siswa dari jenjang SD, SMP, hingga SMA dan sederajat.
Menurut Ismawati, jumlah peserta kompetisi dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan begitu juga dengan kualitas kompetisi yang terus membaik.
Ia yakin bahwa budaya Jawa termasuk di dalamnya penggunaan aksara Jawa tidak akan punah karena minat generasi muda untuk mempelajarinya juga masih cukup besar.
Sekarang, lanjut dia, upaya yang harus dilakukan adalah terus memopulerkan penggunaan aksara Jawa sebagai salah satu alat komunikasi sehari-hari dan bukan sekadar dekorasi di ruang publik sehingga aksara ini tidak akan hilang.
Digitalisasi memang sangat membantu mempopulerkan penggunaan aksara Jawa untuk kebutuhan komunikasi dan membuka peluang siapa saja untuk bisa mempelajarinya.
Sudah saatnya memperbanyak lomba-lomba aksara Jawa tidak hanya di Yogyakarta dan Jawa Tengah, tetapi juga secara nasional yang diikuti utusan dari berbagai daerah. (ant)