JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO- Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga) melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menjelaskan perbedaan mendasar antara vasektomi dan kebiri, yang sering disalahpahami oleh masyarakat.
Menurut Deputi Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Kemendukbangga, Dr. Drs. Wahidin, M.Kes, kedua prosedur tersebut memiliki tujuan dan mekanisme yang berbeda.
"Vasektomi dan kebiri sering kali disamakan, padahal keduanya sangat berbeda, baik dari segi prosedur maupun dampak yang ditimbulkan," kata Wahidin dalam wawancara dengan ANTARA, Jumat (15/11).
Vasektomi: Kontrasepsi Permanen bagi Pria
Vasektomi adalah prosedur kontrasepsi permanen yang dilakukan pada pria untuk mencegah kehamilan.
Proses ini dilakukan dengan cara memotong dan mengikat saluran sperma (vas deferens), yang berfungsi untuk mengalirkan sperma dari testis ke saluran uretra.
"Selama prosedur, dokter akan membuat sayatan kecil di skrotum, kemudian memotong dan mengikat saluran sperma. Meskipun pria yang menjalani vasektomi tetap dapat merasakan orgasme dan ejakulasi, sperma tidak akan keluar," jelas Wahidin.
Penting untuk dicatat, kata Wahidin, meski sperma tidak bisa keluar saat ejakulasi, tubuh pria tetap memproduksi sperma yang kemudian diserap kembali.
Selain itu, vasektomi tidak mempengaruhi kadar hormon testosteron, sehingga tidak mengganggu fungsi seksual pria, termasuk gairah dan kemampuan ereksi.
Kebiri: Mengurangi Libido dan Kemampuan Reproduksi
Sementara itu, kebiri bertujuan untuk mengurangi libido dan kemampuan reproduksi secara drastis, baik melalui prosedur bedah maupun kimia. Pada kebiri bedah, testis (buah zakar) diangkat, sementara pada kebiri kimia, produksi testosteron ditekan dengan menggunakan obat-obatan atau suntikan hormon.
"Dampak dari kebiri adalah penurunan tajam dalam produksi testosteron, yang mengakibatkan berkurangnya gairah seksual, disfungsi ereksi, dan kemandulan permanen," kata Wahidin.
Efek Samping dan Komplikasi
Meskipun vasektomi umumnya dianggap aman, Wahidin mengingatkan bahwa prosedur ini tetap memiliki potensi efek samping dan komplikasi.
Beberapa efek samping yang umum terjadi antara lain nyeri, pembengkakan, dan perdarahan ringan di sekitar skrotum, yang biasanya akan hilang dalam beberapa hari dengan perawatan sederhana.