Model Kurikulum Pendidikan Harus Fleksibel untuk Mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045

Rabu 27 Nov 2024 - 20:10 WIB
Reporter : Muhammad Akta
Editor : Muhammad Akta

JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO–Untuk mencapai Visi Indonesia Emas 2045, model kurikulum pendidikan yang dibutuhkan harus mampu mengakomodasi berbagai aspek penting yang sesuai dengan perkembangan zaman.

Salah satu konsep yang diusung oleh Guru Besar Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Abdul Rahman A. Ghani adalah kurikulum yang fleksibel, adaptif terhadap perubahan, dan mampu mempersiapkan generasi mendatang dengan keterampilan yang relevan dengan tuntutan zaman.

Dalam pandangannya, kurikulum pendidikan masa depan harus dapat memberikan pembelajaran yang fleksibel. Ghani menyatakan bahwa model pendidikan yang terpusat pada guru di dalam kelas, yang bersifat monoton dan hanya berupa ceramah, sudah tidak lagi relevan dengan kebutuhan masa kini.

“Pembelajaran harus fleksibel, sesuai dengan perkembangan zaman. Guru tidak bisa lagi berperan sebagai satu-satunya sumber informasi dari awal hingga akhir. Fleksibilitas itu penting, agar pembelajaran tidak monoton dan lebih interaktif. Misalnya, pendekatan berbasis student-centered, di mana guru berfungsi sebagai fasilitator,” ungkap Ghani dalam sebuah webinar yang diselenggarakan oleh Ruangguru secara daring di Jakarta

Ghani mengusulkan agar kurikulum pendidikan di Indonesia dalam dekade-dekade mendatang menuju Indonesia Emas 2045 bersifat transformasional.

Artinya, kurikulum tersebut tidak hanya berfokus pada pembelajaran yang fleksibel dan relevan dengan perkembangan teknologi, tetapi juga mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan sains.

Ia menggarisbawahi bahwa pembelajaran yang partisipatif dan menarik sangat diperlukan untuk membangkitkan minat siswa terhadap bidang ilmu pengetahuan.

Selain itu, Ghani juga menekankan pentingnya pendekatan wholeness education, yaitu pendidikan yang mengintegrasikan pengetahuan, moral, spiritual, keterampilan, dan aspek fisik.

Menurutnya, pendidikan tidak hanya bertujuan untuk mengajarkan ilmu pengetahuan semata, tetapi juga membentuk karakter dan keterampilan hidup yang diperlukan oleh setiap individu untuk sukses di masa depan.

Kurikulum pendidikan di Indonesia telah berkembang seiring dengan perubahan zaman dan kebutuhan masyarakat. Dengan adanya Undang-Undang Nomor 59 Tahun 2024 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 yang mendukung Visi Indonesia Emas 2045, Ghani menyebut bahwa tantangan besar yang dihadapi oleh sistem pendidikan adalah bagaimana mengembangkan kurikulum yang tidak hanya relevan pada saat ini, tetapi juga mampu menyiapkan generasi masa depan yang unggul.

Pada tahun 2022, pemerintah meluncurkan Kurikulum Merdeka Belajar, yang menekankan pengembangan soft skill, karakter, serta pembelajaran yang lebih fleksibel dan berfokus pada materi esensial.

Namun, Ghani mempertanyakan apakah kurikulum tersebut sudah cukup untuk mendukung transformasi pendidikan yang diharapkan menuju Indonesia Emas 2045.

“Kurikulum Merdeka Belajar lebih fokus pada karakter dan pengembangan soft skills, tetapi bagaimana dengan kurikulum yang bisa menjawab tantangan besar bagi Indonesia menuju tahun 2045?” katanya.

Ghani mengingatkan bahwa Indonesia saat ini masih menghadapi berbagai tantangan besar dalam sektor pendidikan.

Salah satunya adalah rendahnya skor Program for International Student Assessment (PISA) Indonesia pada tahun 2020, yang menunjukkan bahwa Indonesia masih tertinggal dalam hal literasi sains, matematika, dan membaca.

Kategori :