Candaan Bisa Pengaruhi Psikologis Jika Kelewat Batas

Sabtu 07 Dec 2024 - 13:32 WIB
Editor : Adriansyah

JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO-Psikolog klinis dari Universitas Padjajaran, Anggie Harmalia, M.Psi, menegaskan bahwa candaan yang tidak pada tempatnya, atau yang melewati batas, dapat berdampak signifikan terhadap kondisi psikologis seseorang. 

Menurut Anggie, candaan yang menyentuh batas sensitif dapat menurunkan rasa percaya diri, memicu kecemasan, serta menambah beban stres bagi orang yang menjadi objek candaan tersebut.

“Candaan yang sudah tidak lagi berada dalam konteks yang sehat bisa menyebabkan dampak psikologis yang cukup serius bagi penerimanya. Beberapa dampak yang sering muncul adalah penurunan rasa percaya diri, munculnya perasaan cemas atau bahkan stres, yang bisa berlarut-larut,” ujar Anggie dalam wawancaranya dengan ANTARA.

Sebagai psikolog klinis yang berpraktik di Tiga Generasi Psychology Center, Anggie mengungkapkan bahwa masalah tersebut sering kali muncul ketika candaan yang disampaikan menyentuh aspek pribadi seseorang, seperti fisik, status sosial, atau intelektualitas yang dianggap dapat mengejek atau merendahkan orang lain. 

BACA JUGA:Kurangi kebiasaan Buruk Akibat Stres, Perlu Literasi Pola Hidup Sehat

BACA JUGA:Cara Membantu Pekerja yang Mengalami Stres di Tempat Kerja

Bahkan, candaan yang tidak sesuai konteks dan diucapkan pada orang yang tidak akrab dengan pelaku juga dapat berujung pada perasaan tidak nyaman yang berpotensi merusak hubungan sosial.

Lebih lanjut, Anggie menjelaskan bahwa apabila seseorang merasa tersinggung oleh candaan yang berlebihan, hal itu bisa mempengaruhi hubungan sosial mereka dengan orang lain. Dalam banyak kasus, seseorang yang merasa dihina atau dipermalukan cenderung menghindari kontak atau interaksi lebih lanjut dengan pelaku candaan. Ini, menurutnya, dapat mengganggu dinamika hubungan dan bahkan memunculkan trauma lama yang mungkin sudah lama terlupakan.

"Beberapa orang mungkin tidak langsung bereaksi, namun di dalam hati mereka bisa merasa tersinggung. Apalagi jika candaan tersebut mengingatkan mereka pada pengalaman buruk atau trauma lama. Ini bisa menyebabkan mereka menarik diri dari pergaulan atau hubungan sosial, yang pada akhirnya menurunkan kualitas kehidupan sosial mereka," jelas Anggie.

Candaan yang tidak sesuai atau melewati batas, menurut Anggie, biasanya memiliki ciri-ciri tertentu, antara lain menyasar fisik, penampilan, kecerdasan, atau status sosial seseorang. Lebih parahnya lagi, candaan tersebut disampaikan tanpa mempertimbangkan konteks atau hubungan antara pemberi dan penerima lelucon. Misalnya, jika seseorang tidak mengenal orang lain dengan baik, maka candaan yang terlalu pribadi bisa dianggap melanggar batas kesopanan.

Anggie juga menyoroti penggunaan stereotip dalam candaan, seperti yang berhubungan dengan ras, gender, agama, atau orientasi seksual. Menggunakan stereotip untuk bahan bercandaan bukan hanya menunjukkan kurangnya empati, tetapi juga bisa menyakiti perasaan orang yang menjadi objek candaan. 

Bahkan, apabila penerima candaan menunjukkan ketidaknyamanan atau mencoba menghindar, namun pelaku tetap melanjutkan, ini adalah indikasi bahwa candaan tersebut sudah jelas melewati batas.

“Candaan yang melibatkan stereotip, seperti yang berkaitan dengan gender, ras, atau agama, sangat minim empati. Ketika seseorang sudah menunjukkan ketidaknyamanan, tetapi pelaku masih melanjutkan, itu adalah tanda jelas bahwa candaan tersebut tidak layak untuk diteruskan,” tegas Anggie.

Anggie mengingatkan agar masyarakat lebih berhati-hati dalam melontarkan candaan, terutama dengan mengenali batasan yang sehat. Ia menyarankan untuk menghindari topik-topik yang terlalu sensitif, seperti masalah trauma pribadi, kekurangan fisik, atau perbedaan ras dan agama. Selain itu, penting untuk menyesuaikan candaan dengan hubungan dan tingkat kedekatan antara pemberi dan penerima.

“Agar bercanda tetap dalam batas yang aman, kita harus bisa menilai konteks dan situasi dengan bijak. Bercandalah dengan tema yang lebih netral, seperti pengalaman umum atau hal-hal yang tidak bersifat pribadi, yang bisa diterima oleh semua pihak. Hindari topik yang bisa membuat orang merasa tidak nyaman atau terluka,” ujar Anggie.

Kategori :