Selain itu, tingginya biaya logistik untuk pengangkutan material ke pulau ini juga menghambat pengembangan infrastruktur telekomunikasi yang lebih andal. Apalagi, laju pengiriman barang via laut sangat bergantung pada kondisi cuaca.
Pun, teknologi internet yang tersedia belum sepenuhnya mumpuni. Keterbatasan infrastruktur menyebabkan koneksi yang lambat dan tidak konsisten sehingga akses internet hanya bisa dinikmati pada jam-jam tertentu. Di tengah keterbatasan ini, teknologi penyedia jaringan satelit seperti Starlink mulai diperkenalkan sebagai alternatif.
Sebagai informasi, Starlink merupakan layanan internet satelit yang dikembangkan oleh SpaceX, perusahaan teknologi milik Elon Musk. Starlink menggunakan jaringan satelit yang mengorbit rendah di bumi (low Earth orbit/LEO) untuk menyediakan akses internet ke berbagai wilayah di dunia, termasuk daerah terpencil.
Seperti halnya Lusi (40), pemilik salah satu toko kelontong di Pulau Geser melihat peluang dalam keterbatasan ini. Dengan modal alat pemancar satelit Starlink yang ia beli dengan harga promo Rp4,6 juta, Lusi menawarkan layanan internet berbayar bagi warga.
Di toko kecilnya yang selalu ramai, anak muda hingga orang tua berbarengan mengakses internet dengan biaya Rp5 ribu untuk akses internet seharian. Suasana di tokonya pun dipenuhi obrolan tentang tren-tren video terkini, atau barang yang hendak dibeli via online.
"Saya lihat peluang ini besar. Kalau warga punya akses internet lebih luas, mereka bisa berbuat banyak, bahkan untuk usaha mereka sendiri," kata Lusi.
Menghubungkan Pulau Geser ke Dunia
Internet nyaris menjadi kebutuhan pokok di era kiwari ini. Ia merajut jarak, menautkan mereka yang terpisah oleh samudra dan benua, sekaligus menghadirkan dunia dalam genggaman sekecil layar gawai. Kehadirannya tak hanya menjadi medium komunikasi, tetapi di balik layar-layar gawai itu, tersimpan denyut ekonomi, peradaban, hingga mimpi-mimpi baru yang berkelindan dengan algoritma.
Tak terbatas hanya untuk mengembangkan bisnis atau komunikasi, bagi generasi muda, akses internet turut memiliki peran signifikan dalam membantu pendidikan di Pulau Geser.
Dengan internet, siswa dan guru dapat mengakses bahan ajar digital seperti e-book, video pembelajaran, hingga kursus daring dari platform pendidikan nasional maupun internasional. Hal ini sangat membantu mengatasi keterbatasan buku cetak dan materi ajar di sekolah setempat.
Kemudian, siswa juga dapat memanfaatkan internet untuk mempelajari keterampilan abad ke-21, seperti desain grafis hingga pemasaran digital. Keterampilan ini membuka peluang pekerjaan baru tanpa harus meninggalkan pulau.
Dengan akses internet yang lebih baik, sektor pendidikan di Pulau Geser diharapkan mampu berkembang hingga memberikan harapan dan peluang baru.
Meskipun demikian, tantangan infrastruktur dan stabilitas internet yang terbatas di Pulau Geser masih menjadi hambatan. Solusi seperti penggunaan teknologi satelit, investasi dari pemerintah dan swasta, hingga pelatihan literasi digital perlu ditingkatkan guna memastikan internet benar-benar memberikan manfaat maksimal bagi pendidikan di pulau ini.
Meski Starlink menawarkan secercah harapan, solusi jangka panjang masih membutuhkan dukungan yang lebih luas. Kolaborasi antara Pemerintah, penyedia layanan, dan komunitas lokal sangat penting untuk membangun infrastruktur yang berkelanjutan. Bagi Suci dan Lusi, hadirnya akses internet yang merata dan tersedia selama 24 jam penuh adalah impian yang mereka gantungkan pada masa depan. Mereka berharap, dengan internet yang stabil, ia dapat memperluas jangkauan bisnisnya, menjual produknya tidak hanya di Pasar Geser tetapi juga melalui platform daring ke kota-kota lain.
Pulau Geser adalah gambaran kecil dari tantangan yang dihadapi banyak wilayah 3T (tertinggal, terluar, dan terdepan) di Indonesia. Modernisasi telah hadir, tetapi belum sepenuhnya memadai.
Dengan komitmen bersama, Pulau Geser dapat jadi contoh bagaimana teknologi mampu menjadi pendorong utama pembangunan ekonomi masyarakat kepulauan. Hingga hari itu tiba, kreativitas dan semangat warga Geser tetap menjadi penggerak utama. Internet bukan sekadar alat bagi mereka; ini adalah harapan akan masa depan yang lebih baik. (ant)