
MUARASABAK, JAMBIEKSPRES.CO–Petani buah duku di Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim) mulai bisa bernapas lega.
Setelah hampir dua tahun pohon duku tidak berbuah akibat serangan hama, kini para petani sudah mulai panen.
Namun, hasil panen pada awal 2025 ini belum maksimal. Selain jumlah yang berkurang, ukuran buah juga lebih kecil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
"Sudah hampir dua tahun pohon duku kami tidak berbuah karena diserang hama. Tapi sekarang mulai berbuah lagi, meskipun hasilnya tidak sebagus dulu," kata Parlin, salah satu petani duku di Kelurahan Parit Culum I, Kecamatan Muara Sabak Barat, Senin (3/2).
Parlin menjelaskan, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, kualitas buah kali ini menurun. Buah yang dihasilkan lebih kecil, sehingga perlu disortir sebelum dijual.
Meski demikian, permintaan pasar tetap ada, bahkan banyak pedagang yang membeli dalam jumlah besar.
BACA JUGA:Alasan Peran Buah dan Sayur Tak Boleh Mendominasi Saat MPASI
BACA JUGA:Buah Utuh Lebih Baik daripada Jus untuk Penderita Diabetes
"Dulu buahnya besar-besar dan masuk kategori super. Sekarang harus disortir karena ukurannya lebih kecil," jelasnya.
Menurutnya, faktor cuaca menjadi penyebab utama turunnya kualitas panen tahun ini.
Saat pohon duku mulai berbunga dan berbuah, terjadi peralihan cuaca yang berdampak pada pertumbuhan buah.
"Meski hasilnya kurang maksimal, tetap kami syukuri karena masih bisa panen dan menjualnya," ujarnya.
Parlin sendiri memiliki delapan pohon duku yang siap panen. Menurutnya, sistem penjualan di daerahnya masih menggunakan metode jual per batang.
Harga satu batang pohon duku yang berbuah bisa mencapai Rp3 juta hingga Rp4 juta, tergantung kualitas buahnya.
"Di sini biasanya warga menjual per batang pohon. Pedagang yang membeli, lalu mereka sendiri yang memanen," ungkapnya.