Tidak hanya berkiprah di Papua, Chef Chato juga pernah memasak di wilayah lain, seperti Nusa Tenggara Timur (NTT), pembicara di konferensi chef tradisional di Itali, demo memasak di Qatar, seminar memasak alam di Australia dan bahkan di kapal Rainbow Warrior milik Greenpeace yang keliling dunia. Dia juga memiliki pengalaman memasak untuk selebriti seperti Mick Jagger dan Melinda Gates saat mereka mengunjungi Papua. Dengan keahliannya dalam memasak makanan Papua, Chef Chato telah membawa cita rasa Indonesia ke berbagai penjuru dunia atau layak disebut sebagai “Gastrodiplomasi”
Dengan lebih dari 25 tahun pengalaman dalam dunia kuliner Papua, Chef Chato memiliki visi besar untuk masa depan kuliner Papua. Dia mengajak generasi muda untuk menghargai dan mengembangkan warisan kuliner mereka sendiri. Dalam pandangannya, dengan mempromosikan makanan lokal, mengembangkan resep tradisional, dan mengumpulkan bahan-bahan lokal, Indonesia akan semakin kaya dalam hal kuliner dan kedaulatan pangan.
Papua Jungle Chef, yang dipimpin oleh Chef Chato, tidak hanya menjalani petualangan kuliner yang mendebarkan di pedalaman Papua, tetapi juga menjadi duta kuliner yang mempromosikan kekayaan cita rasa dan keberagaman kuliner Indonesia. Dengan semangatnya , Chef Chato terus menginspirasi orang-orang, terutama generasi muda, untuk menjelajahi dan menghargai kekayaan kuliner yang ada di Indonesia, tidak hanya khusus Papua.
Ekowisata Papua
Konsep mengenal serta merasakan hutan Papua secara langsung, efek domino-nya Chef Chato telah menggerakkan ekonomi wisata Papua bagi masyarakat sekitar dengan mempertahankan bentuk aslinya.
Billy salah seorang pemandu wisata di Jayapura, bahkan kerap mengundang Chef Chato untuk menjadi satu bagian dari penyaji menu wisata Papua yang ia tawarkan. “Banyak tamu kami yang ingin merasakan Papua secara autentik, karena itulah sensasi yang dicari, daripada hanya makanan khas yang ada di restoran,” kata Billy.
Billy juga dapat mengajak masyarakat sekitar untuk turut membuat konsep kuliner Papua secara original, dengan membuat budi daya ulat sagu, agar tidak lagi langka keberadaannya jika wisatawan ada yang merasakan sensasi makanan alam Papua.
Chef Chato dan Billy kerap bekerja sama untuk mempromosikan ekowisata Papua secara langsung, bahkan sering berkolaborasi dengan Dinas pariwisata jika ada acara khusus.
Ekowisata atau ekoturisme adalah salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal, serta aspek pembelajaran dan pendidikan.
Demi menjaga keaslian Papua, Komunitas Jungle Chef mendapat bantuan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika sebuah tempat pengering untuk olahan bahan masakan Papua. Masyarakat sekitar turut membuat bumbu-bumbu alam dengan dikeringkan agar bisa dijual serta dikemas sebagai oleh-oleh lokal.
Contoh, bahan makanan eksotis Papua garam hitam juga mampu dihasilkan dari tempat pengering ini. Selain itu, keripik keladi, sayur paku, udang selingkuh dan rempah kering banyak tersaji atas teknik-teknik pengeringan makanan tradisional.
Ulin Epa, salah satu pengusaha makanan tradisional Papua mengaku senang dengan adanya konsep Jungle Chef sebagai promosi ekowisata Papua. Sebab dengan adanya ekowisata Papua, usahanya makin digemari, karena cafe miliknya hanya menyajikan masakan asli Papua dengan bahan makanan dikembangkan sendiri di kebun.
Promosi ekowisata membantu usahanya. Turis jadi lebih mengenal dan penasaran dengan jenis makanan asli Papua, sehingga masyarakat setempat mudah menawarkan produk-produk kuliner autentik Papua.
Ulin dan warga Papua lainnya berharap, ke depan akan semakin banyak turis asing maupun lokal berkunjung ke Papua karena ingin mencicipi kuliner asli Papua, selain eksotisme alamnya.(ant)