EPSON sebagai pemimpin global dalam pencetakan profesional, telah mengumumkan kerjasamanya dengan ASEAN Fashion Designers Showcase (AFDS) untuk meningkatkan kesadaran tentang mode berkelanjutan melalui teknologi inovatif.
Sebagai bagian dari kerjasama ini, Epson berkerjasama dengan tujuh desainer lokal dari berbagai pasar ASEAN untuk menciptakan koleksi mode yang unik dengan tema keberlanjutan yang terkait
dengan akar budaya negara mereka masing-masing. Koleksi "Keberlanjutan di Asia" lengkap akan diungkapkan selama Hari Inovasi LFP Epson di Bangkok pada tanggal 21 Maret 2024. Menjelang acara utama, sebagian dari koleksi akan dipamerkan di Pusat Solusi Epson di seluruh wilayah.
Tujuh desainer dari AFDS yaitu Singapore - Terry Yeo, Indonesia - Lisa Fitria, Malaysia - Even Ong, Philippines - Dave Ocampo, Thailand - Pitnapat Yotinratanachai, Vietnam - Nicky Vu, Laos - Bandid Lasavong. Para desainer menggunakan jajaran printer sublimasi pewarna Epson termasuk SureColor SCF6430, SureColor SC-F9430H, dan SureColor SC-F10030 untuk menghasilkan potongan pakaian berwarna cerah dan tajam untuk koleksi-koleksi unik ini.
Lisa Fitria, pengamat mode sekaligus perancang busana yang dikenal sebagai salah satu pendiri Indonesian Fashion Cha,ber (IFC) dan salah satu ambassador dari AFDS ini mengatakan, Inspirasi untuk koleksi ini diambil dari pulau Kalimantan, yang dikenal sebagai pulau Borneo. "Fokus utama desain saya adalah pada sumber daya alam dan budaya yang melimpah di pulau tersebut. Motif cetak digital menggunakan printer Epson berfungsi sebagai media untuk menggambarkan keindahan Kalimantan, sambil juga menyampaikan pesan tentang tanggung jawab bersama untuk melindungi lingkungan,” katanya.
Transfer sublimasi adalah metode pencetakan yang mudah di mana desain pertama kali dicetak pada media transfer sublimasi pewarna. Dengan hanya menggunakan kombinasi panas dan tekanan, desain pada media ini kemudian akan ditransfer langsung ke kain. Dengan metode ini, tinta akan melekat pada kain, menghasilkan cetakan yang permanen dan berwarna cerah yang tahan luntur.
Berbeda dengan pencetakan konvensional yang membutuhkan jumlah air yang substansial untuk persiapan kain, pewarnaan, dan pencucian, pencetakan tekstil digital yang menggunakan sublimasi pewarna adalah pendekatan yang lebih peduli lingkungan bagi perusahaan pakaian karena menghasilkan lebih sedikit limbah. Ini juga meminimalkan over-produksi karena desainer dapat memproduksi kain cetak sesuai kebutuhan. Ini memastikan para perancang mode akan
dapat menjaga bisnis pencetakan tekstil yang berkelanjutan sambil secara signifikan mengurangi biaya serta dampak lingkungan.
Selain itu, beralih ke digital memungkinkan para desainer memiliki kebebasan kreatif penuh untuk mencetak apa pun yang terbayangkan dan sesuai permintaan. Teknologi ini memungkinkan mereka menciptakan dan memproduksi desain-desain kompleks, memberikan para desainer variasi dan opsi yang tak terbatas sesuai dengan selera masing-masing.
Lina Mariani selaku Head of LFP & IIJ Epson Indonesia menambahkan, pihaknya sangat senang berkolaborasi dengan AFDS untuk meningkatkan kesadaran tentang pencetakan tekstil digital yang berkelanjutan melalui pameran kreatif pada pakaian dengan para desainer ASEAN yang sudah mapan maupun yang sedang berkembang. "Dipandu oleh pesan merek kami, "Engineered for Good", Epson terus menjelajahi berbagai cara untuk bersama-sama menciptakan solusi
teknologi berkelanjutan yang benar-benar memperkaya komunitas kita dan menangani isu-isu seputar lingkungan. Ini merupakan bagian dari misi jangka panjang kami untuk meningkatkan
standar keberlanjutan di berbagai industri termasuk industri tekstil," lanjutnya.
Hayden Ng, Pendiri Utama/Duta Mode Singapura, ASEAN Fashion Designers Showcase menambahkan, tim desainer bersama AFDS sangat antusias untuk berpartisipasi dalam kemitraan unik ini dengan Epson, sejalan dengan visi bersama mereka untuk masa depan mode dan teknologi. Desain kolaboratif yang dibuat untuk usaha ini mencerminkan perpaduan yang menyenangkan, muda, peka mode ke depan, dan kemampuan pemakaian praktis. "Setiap dari tujuh desainer dengan cerdik menerjemahkan narasi unik mereka, berakar dalam kekayaan
budaya negara mereka masing-masing, dan dengan cermat menyelipkan pandangan mereka tentang keberlanjutan dan nol pemborosan dalam produksi gaya-gaya ini," imbuhnya. (*)