Colombia lagi jadi Jokowi dan Venezuela Megawatinya.
Hubungan kedua negara lagi tidak baik-baik saja. Terutama sejak Venezuela dipimpin Presiden Nicolas Maduro. Colombia pro-Amerika. Maduro anti-Amerika.
Sulitnya, perbatasan itu cair sekali. Mirip antara Pakistan dan Afghanistan. Baik yang di sisi Colombia maupun yang di sisi Venezuela sama-sama suku Wayuu. Mereka merasa perbatasan itu tidak ada.
Diaz termasuk suku Wayuu. Itu dianggap suku asli Colombia yang tersisih. Mereka dari daerah gersang yang miskin di utara.
Ada tiga suku yang dianggap asli pribumi di sana: Wayuu, Zenu, dan Nasa. Total sekitar 1 juta jiwa. Kecil sekali. Bandingkan dengan 50 juta penduduk Colombia sekarang.
Kemiskinan daerah suku Wayuu bisa dilihat dari postur tubuh Diaz sendiri. Kecil. Pendek. Kerempeng. Waktu kecil Diaz memang pernah dinyatakan kekurangan gizi.
Ajaib, Diaz bisa berkembang menjadi pemain bola yang luar biasa. Kelas dunia.
Luis Diaz bersama kedua orang tuanya.--
Waktu kecil itu Diaz dipanggil Locho. Artinya: si pemalas. Mungkin tubuhnya yang kecil dan karena kurang gizi itu.
Nama Locho melekat terus biar pun Diaz sudah rajin latihan sepak bola. Pun sampai sekarang ketika sudah kaya raya.
Ayahnyalah yang membuat Locho hebat di sepak bola. Sampai bergaji hampir Rp 1 triliun setahun.
Kampung Locho ini gersang. Dekat pesisir laut Karibia. Agak jauh di timur Kartagana --mengingatkan Anda ke satu tokoh Indonesia yang luar biasa yang pernah tinggal di sana.
Tidak jauh dari kampung Diaz itu ada sumber kemakmuran yang luar biasa: tambang batu bara. Besar sekali. Seluas 10.000 km2.
Itu tambang batu bara terbesar ke-10 di dunia. Produksinya 30 juta ton setahun. Kualitasnya sebagus batu bara Indonesia: sulfurnya rendah, kandungan debunya juga rendah.
Wujud tambangnya pun sama dengan Indonesia: batu baranya di permukaan. Tinggal mengeruknya ibarat meraup timbunan dolar dari atas meja.
Itu tidak membuat kampung Locho menjadi makmur. Tambang batu bara itu milik perusahaan asing. Asal Swiss.