Panen Empat Batang Pohon Aren, Dapat Rp3 juta per Bulan

Kamis 22 Feb 2024 - 20:13 WIB
Editor : Jurnal

Sudah empat tahun terakhir ayah satu anak ini menekuni pembuatan gula merah dari aren karena pendapatan yang dihasilkan cukup menjanjikan dan dapat membantu perekonomian keluarganya.

Bagi warga, membuat gula aren ini bisa menjadi sampingan, tapi hasilnya sangat menjanjikan.

Dikatakan sampingan karena tidak membutuhkan waktu lama untuk mengerjakannya. Setiap pagi pukul 07.00 WIB, seorang petani mengambil air nira dari empat batang aren yang disadap, kemudian membuat irisan baru, lalu ditampung lagi untuk diambil pada pukul 15.00 WIB.

Setelah mengambil air nira di pagi hari, seorang petani melanjutkan pekerjaan lain, yaitu merawat tanaman padi di sawah.

Dari empat batang aren tersebut, Sahrani memperoleh 15 liter nira per hari. Setelah dimasak, dapat menghasilkan 8 kilogram gula merah yang dijual seharga Rp20 ribu per kilogram.

Ketua Kelompok Jaya Aren Makmur, Abu Sulai mengatakan dari 15 petani aren dan pembuat gula merah di Desa Sedahan Jaya, dapat menghasilkan 120 kilogram gula merah per hari.

Mereka bisa menjual langsung ke pembeli, tapi sering juga dikumpulkan ke ketua kelompok, lalu dijual ke Sukadana.

Untuk keberlanjutan usaha, setiap anggota kelompok juga terus diingatkan untuk menjaga kualitas gula merah yang dibuat.

Kualitas yang dijaga dengan baik membuat gula merah dari Sedahan kerap menjadi buah tangan dari Sukadana dan diikutkan dalam pameran hasil hutan bukan kayu oleh B-TNGP.

Anggota Kelompok Jaya Aren Makmur dari Desa Sedahan Jaya, Sahrani menunjukkan gula merah dari air aren yang baru dimasak. (Helti Marini Sipayung)

Menjaga hutan

Desa Sedahan Jaya berbatasan langsung dengan TNGP di bawah pengelolaan Resor Sedahan, Seksi Wilayah I, Balai TNGP.

Kawasan TNGP seluas 108.043 hektare membentang di wilayah Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat, dimana sekitar 65 persen kawasan masih berupa hutan primer yang menjadi habitat tumbuhan dan satwa liar, termasuk orangutan (Pongo pygmaeus) dan bekantan (Nasalis larvatus).

Berdasarkan tipe ekosistem, TNGP memiliki setidaknya 10 tipe ekosistem berlapis-lapis dari puncak bukit berupa gunung hingga dataran rendah dan daerah pantai, termasuk mangrove.

Adapun tipe ekosistem yang ditemukan dalam kawasan konservasi itu adalah hutan hujan sub-alpine, hutan hujan pergunungan, hutan hujan tropika dataran rendah, hutan tanah aluvial, hutan gambut, hutan rawa, hutan mangrove, dan vegetasi rheofite.

Sementara dalam pembagian zonasi, TNGP terbagi zona inti, yaitu wilayah lindung yang berfungsi untuk perlindungan keterwakilan keanekaragaman hayati yang asli dan khas.

Kategori :