Tentu sepanjang perjalanan hanya bisa melihat padang pasir dan gunung batu. Jangan bandingkan dengan indahnya pemandangan luar jendela kereta Whoosh.
Yang penting, perjalanan ini begitu efisien. Hanya 1,45 jam. Sudah sampai Madinah. Bandingkan dengan sebelum ada kereta cepat: lima jam dengan bus.
Meski kalah pintar dari wartawan itu saya masih bisa salat Asar di Masjid Nabawi –tempat tinggal Nabi Muhammad di kala hidup beliau.
Matahari sore masih tinggi. Apalagi hotel kami tepat di seberang gerbang No 316 masjid itu.
Pada saatnya nanti saya ingin merasakan kereta di bagian timur Arab Saudi: antara Buraydah–Riyadh.
Jaringan kereta di bagian timur kerajaan juga sedang dikembangkan ke berbagai kota sekitar. Kelak, jaringan barat (Makkah-Jeddah-Madinah) disambung ke jaringan rel yang di timur.
Timur-barat Saudi ini seperti terpisah oleh gurun dan gunung batu yang membentang begitu luasnya. Tanpa kota, tanpa pohon, tanpa manusia, tanpa rest area.
Sekarang ini dari Madinah ke Riyadh masih 12 jam: naik bus. Demikian juga dari Makkah ke Riyadh lewat Taif.
Dengan kereta cepat jarak itu kelak tinggal tiga jam.
Perasaan itu aneh. Sulit dimengerti. Perjalanan Jeddah-Madinah ini hanya 1,45 menit tapi rasanya lama sekali. Lebih lama dari 2,5 jam antara Abu Dhabi–Jeddah.
Lain kali saya tidak akan takut lagi memepetkan jadwal di Jeddah. Negeri ini sudah menjadi negeri yang normal.(Dahlan Iskan)