Mate Ningde

Selasa 07 Nov 2023 - 18:43 WIB
Reporter : Adriansyah
Editor : Adriansyah

Pun tidak ada lereng gunung yang dikepras. Tidak ada jalan yang melingkar dengan cara memotong tebing. Kalau toh harus di pinggir tebing dibuatkan jalan layang di tebing itu. 

Kota kecamatan Xianyou begitu beruntung. Dilewati jalan tol. Lebarnya pun tiga lajur. 

Tentu kota Xianyou di sela-sela gunung. Di sehampar ngarai yang tidak luas. Tapi banyak sekali bangunan pencakar langitnya. Mengalahkan kota besar sekelas Makassar. 

Saya mampir pula ke kota lamanya. Di pinggir sungai. Kanan-kiri sungai sudah dibangun taman. Banyak yang bermain di situ. Ada taman olahraganya pula. 

Lalu saya ke toilet umum di taman itu. Saya pede. Pasti sudah tidak seperti toilet masa lalu. Apalagi toilet ini kelihatannya dibangun bersamaan dengan pembangunan taman. 

Saya kaget: toilet ini memang tidak lagi jorok, tapi bau busuknya masih luar biasa. Mengingatkan saya pada bau toilet Tiongkok 30 tahun lalu. Hampir saja pingsan. 

Ternyata masih ada yang seperti ini. Mungkin karena Xianyou di pedalaman. Dan ini toilet umum. 

Besoknya ketika perjalanan dari Fuzhou ke Quanzhou saya minta mampir rest area. Bukan karena ingin buang air, tapi sekadar membanding-bandingkan baunya. 

Saya kaget: bukan saja bersih dan tanpa bau. Juga indah dan cukup mewah. Toiletnya pun dua jenis: jongkok dan duduk. 

Di Xianyou saya jalan-jalan di kota lamanya. Yang sudah berbentuk blok-blok ruko yang padat. Saya beli buah di situ: anggur, buah tin kering, zaitun segar, apel mini, dan strawberry. 

Di depan toko buah ini ada penjual tebu lonjoran. Di pinggir jalan. Laris. Harganya bukan per batang tapi pakai ditimbang. Bayarnya pakai barcode. 

Dari Xianyou saya tidak kembali ke Fuzhou. Saya pilih ke Putian, ibu kota kabupaten Xianyou. Putian di pinggir pantai. Ingin lihat terminal gas. Sekalian makan siang. 

Jalan meninggalkan Xianyou itu ternyata beda sekali. Hanya lewat dua terowongan. Lebih datar. Rupanya lewat sinilah orang zaman dulu mencapai laut. 

Dari Putian mereka bisa ke utara, ke pelabuhan di utara Fuzhou, untuk merantau ke Asia Tenggara. Atau dari Putian ke selatan, ke Quanhou dulu. Lalu ke Nusantara. Yang lebih banyak ke Amoi dulu lalu ramai-ramai ke seluruh Nusantara. Kini kota pelabuhan Amoi bernama Xiamen. 

Saya ke Xianyou juga untuk memanfaatkan waktu tunggu. Saya punya janji ke Ningde. Bertemu bos besar di sana. Ia masih dalam perjalanan internasional ke Ningde. 

Dari Fuzhou ke Ningde pilih naik kereta cepat yang bukan Gaotie. Kecepatannya 200 km/jam. Ke arah utara. Ke arah kota Wenzhou –di Provinsi Zhejiang. Anda sudah tahu Wenzhou: kampungnya bos besar pabrik nikel terbesar di Morowali, Sulawesi Tenggara. 

Kategori :

Terkait

Selasa 07 Nov 2023 - 18:43 WIB

Mate Ningde