Hanya sedikit sekali kerusakan di sasaran. Tidak berarti. Lalu seorang gadis kecil terluka. Kena serpihan.
Dilihat dari hasil serangan udara itu, rasanya dampak berikutnya justru lebih besar.
Misalkan Israel ganti meluncurkan senjata jarak jauhnya langsung ke Iran; adakah Iran juga akan bisa menangkisnya.
Sungguh menegangkan situasi terakhir ini. Drone Iran memang banyak dipakai Rusia di perang Ukraina. Tapi Ukraina bukan Israel.
Hamas tidak memilih serangan udara. Serangan darat yang dilakukan Hamas tahun lalu membawa korban lebih banyak di pihak Israel dibanding yang dilakukan Iran kemarin.
Dengan Iran menyatakan tidak akan melancarkan serangan susulan mestinya situasi terkendali. Amerika harus mengendalikan Israel untuk tidak meluas. Toh tidak ada korban berarti di Israel.
Yang menarik adalah: mengapa Iran baru melakukan serangan balasan Minggu malam, tanggal 14 April. Bukan setelah konsulatnya diserang?
Saya ingat: hari-hari ini adalah hari terjadinya Perang Khandaq. Di zaman Nabi Muhammad.
Kota Madinah saat itu dikepung pasukan sekutu. Beberapa suku Arab golongan pagan bersekutu dengan salah satu golongan Yahudi.
Anda sudah tahu: Pasukan Islam menang: 3000 orang melawan tentara sekutu 10.000 orang.
Salah satu taktik kemenangan: pasukan Islam membangun parit pertahanan. Idenya datang dari sahabat Nabi bernama Salman Al Farisi. Orang Parsi.
Ide itu diambil dari warisan perang bangsa Parsi di masa sebelumnya. Berkat taktik itu Parsi sampai bisa menguasai dunia.
Parit dalam bahasa Arab disebut Khandaq. Dari situlah perang ini pun disebut Perang Khandaq.
Sahabat Disway, Mas Bajuri, selalu membawa jemaah umrah Bakkah ke lokasi parit itu. Sekitar sembilan kilometer di utara masjid Nabawi.
Tentu paritnya sudah tidak ada. Sudah jadi jalan besar. Jalan utama di pinggir utara Madinah.
Di lokasi parit itu kini berdiri Masjid Tujuh. Ke masjid inilah Mas Bajuri membawa jemaah umrahnya berziarah.