JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO - Dinas Perkebunan Provinsi Jambi menyatakan luas perkebunan karet di Provinsi Jambi terus berkurang. Ditemukan dalam beberapa tahun terakhir karena beralih ke kebun sawit.
Angkanya, Disbun mencatat dari total 670 ribu hektare lahan karet saat ini tersisa 600 ribu hektare. Ditenggarai banyaknya petani yang secara mandiri memutuskan alih fungsi lahan menjadi perkebunan kelapa sawit.
Pasalnya, bisnis perkebunan kelapa sawit justru semakin menguntungkan jika dibandingkan dengan harga komoditi karet yang terus stabil.
“Perkiraan kami masih mencapai 600 ribu hektare lahan karet dari 670 ribu hektare yang berada di luar kawasan hutan. Lahannya terus berkurang karena minat petani berubah," ungkap Agusrizal.
"Harga karet tidak bisa menjadi harapan hidup para petani, maka petani memilih yang lebih menguntungkan,” sambung Kadisbun.
BACA JUGA:Dewan Minta Pemprov Serius Tangani Persoalan Konflik Lahan di Jambi
BACA JUGA:Berikut 4 Tips Menghadapi Arus Balik Mudik Lebaran
Selain itu, faktor lain yang membuat lahan karet susut disebabkan ketersediaan benih sawit yang bersertifikat cukup banyak.
“Kesadaran petani sudah mulai tinggi dengan menanam sawit, hanya 2 tahun saja. Setelah itu sudah mulai menghasilkan buah,” ujarnya.
Ia menambahkan minat petani justru berkurang untuk menggarap kebun karetnya karena komoditi karet sangat tergantung dengan faktor cuaca karena berpengaruh ke hasil produksi.
“Karet panennya setiap hari, kalau hujan tidak bisa panen, belum lagi persoalan hasil. Kalau sawit 10-15 hari bisa langsung panen lagi. Dan hasilnya jauh berbeda,” sampainya.
Adapun harga karet belakangan ini dibanderol pada kisaran Rp 13 ribu per kilogram dengan kadar karet kering 50 persen.
“Tapi ini belum bisa mengangkat artinya masih jauh berbeda dengan sawit yang kerjanya tidak terlalu berat tapi hasilnya besar. Ini yang menjadi persoalan kita,” pungkasnya. (*)