JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO-Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi mencatat kenaikan sebesar 2,49 persen, mencapai 153,21 pada bulan April 2024 dibandingkan dengan Maret yang sebesar 149,49.
Agus Sudibyo, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi sebagaimana dikutip Jambi Ekspres melalui Antara, menyampaikan bahwa kenaikan NTP disebabkan oleh kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 2,85 persen. Ini melampaui kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,35 persen.
"Kenaikan harga barang-barang yang dihasilkan petani terjadi pada bulan April dibandingkan Maret," ujar Agus.
BACA JUGA:Derita Petani Sawit, Harga Menurun dan Buah Mengalami Trek
BACA JUGA:Asian Agri Kenalkan Topaz, Bibit Sawit Unggulan Andalan Petani Sawit
Selama Januari hingga April 2024, NTP di Provinsi Jambi mengalami peningkatan sebesar 4,11 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Agus juga menyoroti kenaikan indeks yang dibayarkan petani dalam periode yang sama, menunjukkan adanya kenaikan harga barang-barang yang dikonsumsi petani.
Beberapa komoditas yang berkontribusi pada kenaikan NTP adalah kelapa sawit, karet, kopi, kelapa, kentang, bawang merah, dan ayam ras pedaging.
BACA JUGA:Tahun Ini, Lima Titik Lokasi Jalan Produksi Tani Dibangun untuk Kesejahteraan Petani
BACA JUGA:Dampak Harga Anjlok, Petani Pinang di Tanjabtim Menjerit dan Menolak Panen
Meski begitu, kenaikan harga barang yang dihasilkan petani lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan harga barang yang dikonsumsi oleh petani, seperti bawang merah, daging ayam ras, kentang, telur ayam ras, dan sigaret kretek mesin.
BPS mencatat bahwa terdapat kenaikan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal, termasuk karung, pupuk NPK, bibit ayam ras, pupuk urea, dan pupuk kalium klorida.
Namun, kenaikan ini masih lebih rendah daripada kenaikan harga komoditas yang diterima petani, dengan kenaikan biaya produksi hanya sebesar 0,08 persen pada bulan April 2024.
BACA JUGA:Petani Beralih ke Kebun Sawit, Lahan Karet di Jambi Terancam Punah
BACA JUGA:Imbas Petani Gagal Panen, Harga Beras Melambung