JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO-Dr. dr. Tan Shot Yen, seorang ahli gizi lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menekankan pentingnya perhatian orang tua terhadap dampak negatif dari kelebihan asupan gula pada anak.
Dalam sebuah diskusi daring pada Rabu lalu, Dr. Tan mengingatkan bahwa banyak produk makanan dan minuman anak mengandung gula tambahan dengan kadar yang melebihi kebutuhan anak.
Konsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula tambahan dapat membawa dampak buruk bagi kesehatan anak. Salah satunya adalah potensi anak mengalami ketergantungan terhadap rasa manis, yang dapat meningkatkan keinginan mereka terhadap makanan manis.
Selain itu, Dr. Tan menjelaskan bahwa anak-anak yang mengonsumsi gula tambahan cenderung memiliki kadar gula darah yang tinggi, meningkatkan risiko penyebaran virus dan bakteri dalam tubuh anak.
BACA JUGA:Tanggung SPP 1.656 Siswa Tak Mampu di Sekolah Swasta
BACA JUGA:Pemerintah Tebo Siapkan Dana Rp3,9 Miliar untuk Pilkada Serentak
Kelebihan asupan gula juga dapat menyebabkan obesitas pada anak-anak, yang berpotensi menimbulkan masalah kesehatan tulang. Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Obesity and Metabolic Syndrome pada 2019 menunjukkan bahwa anak-anak dengan obesitas memiliki risiko 25 persen lebih tinggi mengalami keretakan tulang karena tubuh mereka kesulitan beradaptasi dengan pertumbuhan massa tubuh.
Tingginya asupan gula juga dapat meningkatkan kadar gula dan kolesterol dalam darah anak, meningkatkan risiko terkena penyakit tidak menular seperti diabetes melitus dan penyakit jantung.
Dr. Tan menegaskan bahwa meskipun gula tidak secara langsung menyebabkan kanker, konsumsi gula berlebihan dapat menyebabkan obesitas, yang pada gilirannya meningkatkan risiko terkena kanker.
Untuk itu, Dr. Tan mendorong orang tua untuk memperhatikan kandungan gula dalam makanan dan minuman yang dikonsumsi anak-anak mereka. Survei Kesehatan Indonesia 2023 menunjukkan bahwa tingkat konsumsi gula pada anak-anak batita di Indonesia tergolong tinggi. Data menunjukkan bahwa sebanyak 50,1 persen anak-anak usia 3-4 tahun memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan manis lebih dari satu kali sehari. (ant)