JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO- Ketua DPD HKTI Provinsi Jambi Dr. Ir. H. A.R. Sutan Adil Hendra, MM menilai Provinsi Jambi perlu mengiatkan diversifikasi pangan lokal dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional serta antisipasi terjadinya gagal panen akibat anomali cuaca.
"Jelang musim kemarau ini, pemerintah dan masyarakat tentu diharapkan harus bisa melakukan berbagai usaha dan upaya, seperti melakukan diversifikasi atau penganekaragaman pangan," ungkap Ketua DPD Gerindra Provinsi Jambi, Rabu (3/7) kemarin.
BACA JUGA:Operasi Besar di Rumah Sakit Dalam Negeri, SAH Bangga Atas Kepercayaan Prabowo pada Nakes RI
BACA JUGA:Pondasi Cegah Stunting, SAH Dorong Pemanfaatan Bahan Pangan Lokal
Dalam hal ini SAH mengatakan musim kemarau menjadi salah satu faktor keterlambatan tanam dan kegagalan panen di lahan-lahan petani yang membutuhkan curah hujan cukup.
Keterlambatan dan kegagalan tersebut, menurutya, berdampak serius pada masalah pangan akibat lahan tadah hujan untuk pertanian padi yang mengalami kekeringan panjang.
Disisi lain, Anggota DPR RI ini menjelaskan, kebijakan impor juga tidak bisa diandalkan dalam jangka panjang. Oleh karena itu diperlukan diversifikasi pangan sebagai solusi jangka panjang.
BACA JUGA:SAH Instruksikan Kader Jaga Kekompakan dan Soliditas Jelang Pilkada 2024
BACA JUGA:Tausiyah Jumat, SAH Ingatkan Tujuan Politik Gerindra Amar Makruf Nahi Mungkar
"Variasi makanan pokok kita tidak hanya terfokus kepada beras saja, tapi juga bisa beralih kepada hasil tanaman lain seperti sagu, ketela, umbi-umbian, jagung, sorgum, dan lain-lain," jelasnya.
Sehingga SAH mengatakan kedaulatan pangan merupakan alasan dibalik dari stabilitas ekonomi, sosial, dan politik sebuah negara. Oleh karena itu masalah ini mesti menjadi perhatian serius dari pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat.
BACA JUGA:Pulang Haji, SAH disambut Haru Masyarakat, Keluarga dan Pendukung
BACA JUGA:Meresahkan Warga, Polisi Hancurkan Basecamp Narkoba di Senaung
Salah satu cara yang bisa ditempuh oleh pemangku kebijakan melalui diversifikasi pangan yakni menghidupkan kembali jenis-jenis pangan lokal, sehingga tidak tergantung pada satu jenis pangan saja. (*)