Dari Evaluasi Sampai Kemampuan Juru Masak
JURU MASAK: Juru masak untuk MBG--
Adapun sertifikasi HACCP adalah untuk memastikan kualitas fasilitas pengolahan makanan, sementara SLHS adalah untuk sertifikasi sumber daya manusianya.
Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), HACCP adalah sistem pengendalian mutu dan keamanan pangan berbasis sains yang memonitor bahaya biologis, kimiawi, dan fisik dalam seluruh proses, mulai dari produksi hingga konsumsi.
Selain sertifikasi, Kementerian Dalam Negeri, dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akan melakukan pengawasan eksternal seminggu sekali guna memperkuat pengawasan internal program MBG oleh Badan Gizi Nasional.
Kesiapan SPPG
Terkait evaluasi dan perbaikan langkah termasuk sertifikasi yang diterapkan pemerintah tersebut, tiga SPPG di wilayah Bogor dan satu SPPG di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, mendukung peningkatan perbaikan dari pemerintah dalam tata kelola MBG tersebut.
SPPG Laladon di Kelurahan Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, memastikan mereka sangat selektif dalam memilih bahan baku yang dipesan dari pemasok (vendor).
Jika bahan yang datang tidak sesuai dengan spesifikasi yang diminta, maka dapur SPPG Laladon mengajukan penolakan dan meminta vendor untuk segera mengganti sesuai sesuai spesifikasi, kata Kepala SPPG Laladon Mutiara Rengganis kepada ANTARA di Kota Bogor, Kamis.
SPPG yang beralamat di Jalan Sawah Baru Nomor 11 Kampung Parung Jambu, Kelurahan Laladon, ini beroperasi sejak 11 Agustus 2025, melayani 10 sekolah dari taman kanak-anak hingga SMA atau sederajat, serta sejumlah posyandu untuk ibu hamil dan balita, dengan total sebanyak 3.775 porsi per hari.
Mutiara menjelaskan untuk memenuhi standar kualitas, SPPG Laladon selektif dalam pemilihan vendor pemasok bahan baku. Vendor antara lain berasal dari koperasi, bumdes, dan UMKM.
"Terdapat spesifikasi khusus terkait bahan yang jika tidak sesuai maka barang tidak diterima dan dikembalikan ke vendor," katanya.
Menurut dia, ahli gizi di SPPG Laladon melakukan perhitungan kebutuhan bahan baku yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap kelompok sasaran. Jadi untuk setiap kelompok sasaran mendapatkan porsi yang berbeda sesuai standar kecukupan gizi masing-masing.
Sebelum didistribusikan, ahli gizi mencoba seluruh masakan (test kit) atau uji organoleptik meliputi, penglihatan dengan mengevaluasi penampilan atau warna suatu produk; pengecapan dengan menilai profil rasa, termasuk rasa manis, asin, asam, pahit, dan gurih, serta sensasi lain seperti pedas; penciuman dengan menganalisis aroma atau bau; perabaan dengan mengukur tekstur termasuk faktor seperti kekenyalan atau kerenyahan. Selain itu, untuk menguji mutu, disimpan dua ompreng sebagai sampel selama 2x24 jam.
Di SPPG Laladon, setiap hari kegiatan memasak dimulai pukul 01:00 WIB dengan durasi memasak bertahap, tergantung menu.
Kebersihan selalu dijaga dengan menerapkan penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) untuk setiap petugas seperti masker, apron, sarung tangan, dan sepatu safety. Petugas juga menerapkan cuci tangan sebelum dan setelah melakukan aktivitas. Setiap tim diwajibkan untuk melakukan pembersihan ruangan kerja setelah aktivitas tiap tim selesai, mulai dari menyapu, mengepel, dan mencuci setiap alat yang digunakan.
Dapur SPPG Laladon menerapkan pelaksanaan kebersihan setiap memulai dan akhir proses kerja tiap hari, lalu kerja bakti pembersihan (general cleaning) untuk seluruh petugas setiap Jumat sore dan general cleaning dari vendor setiap 2-3 minggu sekali untuk menjaga kebersihan lingkungan dapur SPPG.