Dari Evaluasi Sampai Kemampuan Juru Masak
JURU MASAK: Juru masak untuk MBG--
Savira memastikan bahwa bahan baku yang mereka olah untuk MBG berasal dari bahan-bahan yang bagus dan segar. Prosesnya juga higienis.
Dalam proses memasak hingga penyajian, katanya, juga dipastikan berjalan sesuai standar kebersihan dan keamanan antara lain dengan melakukan sejumlah tes, termasuk tes organoleptik oleh ahli gizi.
Menu yang disajikan pun setiap hari berbeda agar para penerima manfaat tidak bosan dalam menikmati MBG yang sehat dan bergizi.
"Siklusnya tujuh hari sekali," katanya.
Savira mengatakan akan terus meningkatkan kualitas gizi dan keragaman menu MBG, termasuk membangun komunikasi yang lebih interaktif melalui media sosial.
Mengenai sejumlah kasus keracunan yang menimpa penerima manfaat, Savira turut prihatin dan kejadian di lain daerah tersebut menjadikan dirinya untuk mawas diri dan makin meningkatkan quality control mulai dari penyiapan bahan baku hingga setelah menu MBG terdistribusi dan dikonsumsi.
Untuk mencegah keracunan terulang, ia sependapat bahwa perlunya evaluasi dari pemerintah terhadap SPPG, termasuk persyaratan bahwa SPPG harus memiliki Sertifikat Laik Higienis dan Sanitasi (SLHS), bahkan bersertifikat halal.
Sejak pilot project
SPPG Warungkiara 2 Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat menjamin keamanan menu Program Makan Bergizi Gratis (MBG), baik keamanan proses memasak, standar gizi maupun keamanan distribusi, sehingga menyehatkan untuk dikonsumsi.
Proses dari perencanaan hingga evaluasi berjalan memenuhi tahapan quality control, kata Kepala SPPG Warungkiara 2 Kabupaten Sukabumi Rian Raihan M.
SPPG Warungkiara sejak awal menjadi salah satu dari 100 titik pelaksanaan percontohan (pilot project) Program MBG dari Badan Gizi Nasional sejak November 2025, sehingga sejak program ini diluncurkan pada 6 Januari 2025, telah melayani para penerima manfaat Program MBG.
Pada 14 Maret lalu, SPPG ini dimonitor langsung oleh Kepala BGN, Dadan Hindayana bersama Anggota Ombudsman RI Yeka Hendra Fatika, serta telah dikunjungi oleh berbagai pejabat negara dalam waktu yang berbeda-beda, yang ingin memastikan bahwa pelayanan dalam Program MBG dapat berjalan lancar dan efektif.
SPPG Warungkiara 2 Kabupaten Sukabumi ini melayani 32 sekolah dengan 3.700 siswa dari tingkat SD hingga SMA sederajat serta sejumlah pos pelayanan terpadu (posyandu) untuk penerima manfaat dari kalangan ibu hamil dengan porsi sekitar 200 ompreng.
Mengenai evaluasi dari pemerintah pusat terhadap SPPG akhir pekan lalu, antara lain agar setiap SPPG memiliki Sertifikat Laik Higienis dan Sanitasi (SLHS), Kepala SPPG Warungkiara menceritakan bahwa persyaratan tersebut tidak menjadi masalah, karena sejak awal kondisi dapur dalam keadaan bersih, aman, dan terbebas dari polusi.
"Setiap peralatan yang digunakan pun sesuai standar dari BGN dan tempat sajian (ompreng) terbuat dari bahan steril dan ada penutupnya," katanya.