Terus Dipantau Gunakan Teropong, Binokuler, dan Kamera

BERTENGGER: Seekor burung Elang Jawa bertengger pada dahan pepohonan di Gunung Ciremai, Jawa Barat, yang berhasil didokumentasikan oleh Tim Monitoring Elang Jawa TNGC pada 2023. FOTO: ANTARA/HO-Balai TNGC --

 Dalam upaya menjaga populasi elang jawa, sejak 2015, TNGC rutin memantau kondisi ekosistem dengan metode konsentrasi, memetakan home range dan core habitat satwa tersebut.

 Tim konservasi menggunakan teropong, binokuler, dan kamera untuk memantau sarang dari titik-titik tertentu.

Tim TNGC menghitung perjumpaan burung, mengamati pasangan jantan dan betina, serta memantau proses pengeraman telur hingga masa pengasuhan anakan.

 “Kami melakukan dua kali pengamatan setiap tahun. Hasil pengamatan ini dicatat, kemudian didokumentasikan dan dilaporkan progresnya,” ujar Silvia.

 Upaya pemulihan kawasan hutan yang terdegradasi juga dilakukan setiap tahun, dengan melibatkan masyarakat sekitar.

 Penduduk setempat diberdayakan untuk mengembangkan bibit tanaman dan melakukan penanaman, membentuk hubungan emosional yang kuat dengan hutan.

 Hasilnya, populasi elang jawa di Gunung Ciremai kian terjaga serta menunjukkan bahwa habitatnya masih lestari, dengan satwa mangsa yang tersedia dan tingkat ancaman yang rendah.

Balai TNGC mencatat pada 2015, jumlah elang jawa yang terpantau di Gunung Ciremai hanya terpantau sebanyak 15 individu. Namun, berkat upaya konservasi berkelanjutan, populasi spesies ini meningkat menjadi sekitar 40 individu yang tersebar di 12 site monitoring.

 Dari 40 individu yang ada, terdiri dari 27 dewasa, 12 remaja, dan satu anakan. Angka ini menunjukkan ekosistem hutan di Gunung Ciremai mampu mendukung perkembangbiakan elang jawa tanpa adanya gangguan berarti.

  Di Gunung Ciremai, ditemukan fenomena menarik terkait reproduksi elang jawa. Biasanya, spesies ini berkembang biak setiap dua tahun sekali, tetapi di kawasan ini spesies tersebut cenderung melakukan perkawinan setahun sekali.

 Selama periode 2018 hingga 2022, hampir setiap tahun ditemukan anakan elang jawa di sarang-sarang yang terpantau seperti di kawasan Cilengkrang, Cipari dan Bantar Agung (Majalengka).

 Laporan Balai TNGC serta hasil penelitian menyebutkan anakan elang jawa yang lahir setahun sekali biasanya betina, karena proses pengasuhannya lebih cepat dibanding jantan yang membutuhkan waktu lebih lama untuk belajar berburu.

Keunikan elang jawa pun bisa terlihat pada pola perkembangbiakannya. Hewan ini dikenal sebagai spesies monogami yang setia pada satu pasangan.

 Burung dengan kemampuan jelajah yang cukup hebat ini, hanya akan bereproduksi ketika usianya sudah memasuki tiga sampai empat tahun.

 Menyitir laporan sebuah publikasi ilmiah yang dimuat di laman resmi Institut Pertanian Bogor (IPB), elang jawa kerap memilih pohon kedondong serta pinus sebagai lokasi bersarang dengan titiknya berada di perbatasan kawasan lembah dan perbukitan, serta dekat sumber air atau sungai.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan