Bentuk Desa Ramah Satwa, Masyarakat Hidup Berdampingan Dengan Hewan Liar
ORANG UTAN: Orang utan di kawasan rehabilitasi. FOTO: ANTARA/RENDHIK ANDIKA --
Solusi Mencegah Konflik Warga Dengan Orang Utan di Kalimantan
Orang utan Kalimantan atau Pongo pygmaeus merupakan spesies orang utan asli Pulau Kalimantan yang juga sekaligus kerabat dekat manusia, dengan 97 persen DNA atau asam deoksiribonukleat mereka sama dengan manusia.
---
KEBERADAAN satwa ini sebenarnya memiliki nilai eksistensi yang tinggi di level internasional, seperti panda di China atau kanguru di Australia.
Meski satwa ini bernilai keistimewaan tinggi, orang utan Kalimantan--berdasar status konservasi--, "The International Union for Conservation of Nature" (IUCN) memasukkan orang utan dalam daftar spesies terancam punah sejak 1994.
Spesies ini juga termasuk dalam daftar satwa yang dilindungi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Menurut Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Tengah (BKSDA Kalteng) Persada Agussetia Sitepu, penyebab adalah karena adanya perburuan liar dan perdagangan.
BACA JUGA:No Day
BACA JUGA:Pentingnya Tes HIV, Masyarakat Disarankan Untuk Tes Minimal Sekali Seumur Hidup
Penurunan populasi orang utan Kalimantan yang semakin hari mengalami penurunan akibat dari rusaknya habitat atau kerusakan hutan, kebakaran hutan, pembalakan hutan, menciutnya luas hutan yang berdampak pada semakin sempitnya wilayah tempat tinggal, serta berkurangnya pasokan makanan alami di hutan.
Kondisi tersebut menyebabkan orang utan berupaya mencari wilayah baru sebagai kawasan jelajah yang menjanjikan pangan, bahkan sampai merambah ke perkebunan milik perusahaan maupun ke perkebunan masyarakat.
Konflik antara orang utan dan manusia umumnya terjadi karena makin menyempitnya habitat alami fauna ini akibat deforestasi dan ekspansi lahan pertanian.
"Akibatnya, konflik (dengan manusia) ini pun tidak jarang menyebabkan hewan diurnal atau aktif di siang hari ini meninggal," kata Persada.
Strategi Pencegahan Konflik