Mengenal Penyakit Aneurisma Otak, Bahaya dan Risikonya

Tim dokter RS Paru didampingi dokter RSUD dr Soetomo melakukan operasi bedah saraf clipping aneurisma otak perdana di ruangan operasi RS Paru--

JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO-Dr. Beny Rilianto, Sp.N, Subsp.NIOO(K), FINA, M.Epid, seorang ahli saraf di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON) Mahar Mahardjono Jakarta, mengungkapkan bahwa aneurisma otak adalah kondisi medis serius yang terjadi akibat pelebaran atau penonjolan pembuluh darah di otak.

Hal ini disebabkan oleh lemahnya dinding pembuluh darah, yang dapat menyebabkan aneurisma pecah.
"Bayangkan aneurisma seperti balon yang terus mengembang hingga mencapai titik di mana balon tersebut bisa pecah," jelas Dr. Beny dalam diskusi daring sebagaimana dikutip jambiekspres.co dari Antara.

BACA JUGA:Kasus Kolera Meningkat 13 Persen, Kematian Naik 71 Persen

BACA JUGA:Memperhatikan Pilihan Gula yang Aman untuk Penderita Diabetes
Dr. Beny menjelaskan bahwa aneurisma otak berpotensi menyebabkan perdarahan subarachnoid, yang merupakan jenis stroke berat dan sering kali disertai dengan sakit kepala yang sangat parah serta penurunan kesadaran.
Faktor-faktor risiko aneurisma termasuk predisposisi genetik, hipertensi, konsumsi alkohol, merokok, serta beberapa sindrom khusus seperti sindrom Ehlers-Danlos. Dr. Beny mencatat bahwa wanita memiliki risiko lebih tinggi mengalami aneurisma dibandingkan pria dengan rasio sekitar dua banding satu.

Aneurisma otak dapat dibagi menjadi dua kategori: aneurisma yang pecah (ruptur) dan yang tidak pecah (non-ruptur).

BACA JUGA:Ruam di Tungkai Bawah Bisa Jadi Gejala Radang Pembuluh Darah Kecil

BACA JUGA:Kehadiran Kelompok Bantu Pertahankan Kualitas Hidup Anak dengan Kanker

Aneurisma yang pecah bisa menyebabkan perdarahan subarachnoid yang sering kali ditandai dengan sakit kepala yang sangat hebat, serta gangguan kesadaran yang signifikan, menjadikannya kondisi darurat medis yang membutuhkan penanganan segera.
Data menunjukkan bahwa sekitar 85 persen kasus perdarahan subarachnoid disebabkan oleh aneurisma yang pecah, sementara sisanya disebabkan oleh faktor lain.
Sebaliknya, aneurisma yang tidak pecah biasanya tidak menimbulkan gejala, sehingga banyak orang mungkin tidak menyadari keberadaannya.

"Aneurisma yang tidak pecah terkadang tidak menimbulkan gejala, tetapi bisa menekan area tertentu di otak dan menyebabkan gangguan seperti gangguan gerakan mata," tambah Dr. Beny.

BACA JUGA:Hindari Karsinogenik pada Makanan Cepat Saji untuk Cegah Risiko Kanker

BACA JUGA:Radang Sendi Anak Lebih dari Enam Minggu Bisa Menunjukkan Autoimun
Penting untuk diketahui bahwa banyak aneurisma ditemukan melalui pencitraan medis seperti neuroimaging, yang memungkinkan dokter untuk menilai risiko dan menentukan langkah penanganan yang tepat. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan