Kamis, 21 Nov 2024
Network
Beranda
Berita Utama
Terkini
Disway
Jambi Bisnis
Jambi Raya
Metropolis
Olahraga
Pendidikan
Hiburan
Advertorial
Society
Opini
Buser
Nasional
Internasional
Politik
Gaya Hidup
Viral
Network
Beranda
Pendidikan
Detail Artikel
Hitam dan Putih
Reporter:
Adriansyah
|
Editor:
Adriansyah
|
Kamis , 26 Oct 2023 - 18:08
hitam dan putih deru air yang berjatuhan dari lubang keran seirama dengan jantungku yang berdebar. orang-orang lamban itu masih memasang kain putih di setiap sisi rumah. lambat! aku tak sabar berjumpa, rindu ingin memeluk dan mencium kegelapan, sebab terasa nikmat. diam-diam aku mengintip jendela, perbatasan hitam dan putih. aku menyelisik kunci di antara kain kusut yang tertumpuk. ketemu! ini kunci menuju kepuasan yang aku tunggu-tunggu. langkahku sunyi, tiada yang menyadari kepergianku sampai suara pintu terbuka tak sengaja terdengar. aku merekahkan senyuman, menyapa ibu yang tengah menghalangi jalan. dia memberikan isyarat untuk segera menjauh dari pintu. tidur saja, seolah mulutnya berbicara demikian. tak semudah itu, aku selalu memunculkan beribu-ribu alasan demi memperoleh kenikmatan. “badanku busuk, wajahku kusam, kulit badanku gatal-gatal! aku harus segera mandi, bu. jika tidak, bintik-bintik hitam akan muncul di tubuhku!” kataku kalut. aku gemetar meminta pertolongan agar segera diselamatkan dari kesakitan ini. tanganku mulai muncul bercak merah buatan, air mata seketika berlinang mengundang belas kasihan. “baiklah, ayo, ibu mandikan! jangan biarkan bintik merah itu menguasai tubuhmu,” ucap ibu khawatir. dia merangkul tanpa jijik pada bintik merah yang sebentar lagi akan menghitam. “tapi, bu, aku sudah besar. biarkan aku mandi seorang diri di sungai. boleh, ya?” pintaku memohon dengan mata yang berbinar-binar. ibu memandang tajam, jantungku berdebar! apakah kebohongan akan selesai sampai di sini? aku kembali lagi memohon, kali ini dengan akting yang meyakinkan. melingkarkan kedua tangan di kakinya, sembari memunculkan suara isak tangis dari mulut. aku menekan kepala menghadap lantai, menyembunyikan mulut yang tak sanggup menahan tawa. samar-samar kudengar kakak menghasut ibu untuk mengizinkan aku pergi. ia memang kakak terbaik! nanti akan kuceritakan dengan jelas bagaimana rasa nikmatnya hitam itu. ibu mengangguk setelah diyakinkan kakak untuk melepas kepergianku. “sungai itu dekat dengan hitam, jangan sekali-kali terlena untuk pergi ke sana!” kata ibu mengingatkan. sekali saja terlena, katanya, akan lenyap kesucianku. aku tak percaya. kemarin aku sudah ke sana. selama tiga menit, tubuhku tidak ada perubahan. orang-orang tetap memandangku suci, bersih, dan baik. pergilah aku pada persimpangan antara sungai yang membelah hitam dan putih. ada suatu sensasi geli seperti kupu-kupu yang berterbangan di dalam perut. aku merendam tubuh dan menyeberangi sungai. tak peduli sajian lumut lewat di depan mata. air sungai menyisakan kepalaku, sampai pada akhirnya tiba di tempat hitam yang aku dambakan. kuterima setiap alunan musik bermain di lubang telinga, biarkan angin-angin genit meraba tubuhku! nikmat. benar-benar nikmat, tiada rasa ini ketika aku berada di tempat putih. siluet manusia tak berwujud mengajakku menari, dia muncul bagaikan sahabat sejati. menawarkan rahasia jika aku mau mengikutinya. aku takut tapi tertarik untuk menerimanya. kami memasuki lorong. sepanjang jalan mendengar suara gadis merdu bernyanyi, lalu terdengar suara laki-laki tertawa. aku terhenti, mundur satu langkah untuk tak mengikuti. siluet itu bertanya, “mengapa?” aku menggeleng pelan, kemudian melanjutkan perjalanan. “kita sudah sampai, kau tak perlu berjalan lagi. inilah rahasianya. tutup mata dan dengarkan baik-baik!” dia membeberkan rahasia, yang tak lain hanya komat-kamit tanpa aku mengerti. tiba-tiba siluet itu menghilang, meninggalkan banyak pertanyaan di lubuk hati. rahasianya belum selesai dibeberkan, sementara dia menghilang tanpa pamit meninggalkan aku seorang diri. harapan palsu! aku berdiam diri sesaat, sampai suara jeritan familier menyambar telinga dan membuat jemariku gemetar terasa ngilu. di dalam kegelapan ini tak ada seorang pun yang aku lihat. lantas siapa yang meniru suara serupa denganku? aku berlari menerobos kegelapan, mencari penerangan hingga tiba pada sungai yang kuseberangi sebelumnya. air semakin dalam, sementara langit mulai menghitam pertanda malam akan segera berkuasa. aku menitikkan air mata, kali ini benar-benar nyata! tadinya berjanji pada diri sendiri untuk tidak bermain lebih dari tiga menit, tapi aku justru terlena! sakit dan perih di kulit ini sungguh menyiksa. tubuhku mulai dipenuhi bintik-bintik hitam, bukan karena kutekan dengan kuku panjang agar ibu percaya dengan kebohonganku, tapi inilah dampak dari kebohongan itu sendiri. aku berenang, membiarkan air sungai yang keruh menggerayangi tubuhku hingga berhasil menepi dan melihat rumah dari kejauhan. hanya itu satu-satunya putih yang tersisa. aku berlari kencang, lalu mendobrak pintu rumah. ibu dan kakak hanya menyaksikan tubuhku yang berguling-guling di lantai sembari menjerit kesakitan. tak ada yang berani membantu, termasuk penghuni rumah lainnya. mereka hanya menatap iba, sebab aku telah berbeda dari semuanya. “ibu, ibu! tolong adik! dia kesakitan,” pinta kakak, tapi tidak berhasil memengaruhi ibu. kakak berusaha menolong dengan membawakan kain putih untuk menyelimuti tubuhku. “jangan! nanti hitamnya menular.” ibu menepis kain putih, melarang kakak mendekat karena takut bintik-bintik hitam akan menular pada tubuhnya. “ibu! tegakah ibu membiarkanku begini?” aku menangis histeris, tidak ada yang menolong. perlahan hitam itu mulai menguasai tubuhku, detik demi detik kupasrahkan tubuh yang putih berubah menjadi siluet hitam. tiba air mata penghabisan membasahi lantai, dan aku pun berdiri tanpa rupa. senyum terakhirku tak terlihat. rambut, tangan, dan kaki tak berwujud. ibu dan kakak menangis, mereka tak bisa merasakan kehadiranku lagi. itulah sebabnya mengapa kami selalu dilarang untuk pergi ke tempat hitam, sebab kenikmataan itu hanya penawaran sementara yang berujung kesengsaraan. tentang penulis egi cahya prameswari, perempuan kelahiran jambi dan berkuliah di program studi sastra indonesia, universitas jambi. menulis adalah kegiatan sehari-hari, kopi pelengkapnya.
«
1
2
3
Tag
# hitam dan putih
Share
Koran Terkait
Kembali ke koran edisi Jambi Ekspres 27 Oktober 2023
Berita Terkini
Dinkes Provinsi Jambi Peringati HKN ke-60
Society
17 menit
Pascasarjana UNJA Dorong Peningkatan Kinerja melalui Workshop Pemanfaatan Aplikasi Kerja Sama
Society
21 menit
Kesiapan Kota Jambi Sukseskan Pilkada Serentak
Metropolis
24 menit
Pemkot Tunggu Tawaran Adendum
Metropolis
26 menit
Kejar Waktu 1 Bulan Tersisa
Metropolis
28 menit
Berita Terpopuler
Berikan Kebebasan bagi Ibu untuk Memilih Posisi saat Persalinan
Gaya Hidup
23 jam
Balita Rentan Terinfeksi saat Pancaroba Karena Aktivitas
Kesehatan
23 jam
Mencegah Gejala Migrain Muncul saat Bekerja
Kesehatan
23 jam
Kemenag Siapkan Siswa Madrasah Hadapi Risiko Bencana Megathrust
Pendidikan
22 jam
Perguruan Tinggi Berperan dalam Transisi Energi Capai Emisi Nol Karbon
Pendidikan
23 jam
Berita Pilihan
Makanan Bersantan Sebaiknya Tidak Dipanaskan Berulang, Ini Saran Dokter
Gaya Hidup
2 minggu
Ko Apex Kekasih Dinar Candy Jalani Sidang Perdana Kasus Pemalsuan Dokumen dan Penggelapan
Buser
2 bulan
VIRAL! Siswi SMP di Kota Jambi jadi Korban Perundungan, Disundut Rokok hingga Disiram Minuman
Buser
2 bulan
Investor Mesti Kebut Jalan Khusus, Walau Ada Hambatan di Pembebasan Lahan
Berita Utama
2 bulan
Pj Bupati/Walikota dan Calon Petahana Diminta Jangan Libatkan ASN di Pilkada
Politik
2 bulan