Dibangun 1997, Penanda Geografis Ujung Paling Barat Indonesia
TUGU NOL KILOMETER: Pengunjung berfoto pada ikon Tugu Nol Kilometer Indonesia di Kota Sabang, Pulau Weh, Aceh, Sabtu (14/9/2024). --
Meresapi Simpul Kebangsaan di Kilometer Nol Indonesia Sabang
DI titik ikonik itu pun menjadi ajang bertemu bangsa Indonesia dari sejumlah daerah di tanah air yang bersua dalam satu kesempatan dan satu tujuan mulai dari wilayah Sumatera, Sulawesi, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, hingga Papua.
SIANG itu, Putu Suartama melangkah cepat di tengah kerumunan, menyusuri satu-satunya akses jalan yang membelah deretan pedagang cendera mata.
Sesekali ia menyeka keringat di dahinya dan beberapa kali memperbaiki posisi topi yang melindungi kepalanya karena panas terik sinar Matahari.
Tak lama setelah berjalan dari kawasan parkir kendaraan, ia pun tiba di lokasi unik penanda ujung barat tanah air, yakni tugu Kilometer Nol Indonesia di Sabang, Provinsi Aceh.
Sesampainya di monumen tersebut, para pengunjung disambut oleh kawanan monyet dari kawasan hutan di Sabang yang menjadi habitat alaminya.
Tugu dua lantai setinggi 43 meter itu memiliki bentuk angka nol, yang kedua sisinya terdapat senjata khas Aceh yakni rencong.
Di puncak tugu dengan dominan berwarna biru tersebut terdapat burung garuda yang seakan mencengkeram kesatuan di tugu titik nol yang dibangun di atas tebing dan menghadap langsung Samudera Hindia.
Monumen yang dibangun pada 1997 itu menjadi daya tarik utama saat Putu, delegasi kontingen Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumatera Utara dari Provinsi Bali, memutuskan untuk bertandang di Kota Sabang yang berada di Pulau Weh.
Alasannya, bangunan itu memiliki keunikan sebagai penanda geografis ujung paling barat Indonesia yang terletak di tengah hutan di Desa Iboih Ujong Ba’u, Kecamatan Sukakarya, Kota Sabang.
Titik Temu Bangsa Indonesia
Kunjungan pria berusia 60 tahun di Kilometer Nol Indonesia itu terbilang istimewa karena baru “berjodoh” dengan waktu. Ia sudah tiga kali berkunjung ke Aceh, namun baru kali ini memiliki kesempatan mengunjungi monumen yang sudah lama ingin ia sambangi itu.
Kesempatan itu pun tidak disia-siakan untuk mengabadikan diri dengan latar monumen tersebut dan mencetak sertifikat kunjungan seharga Rp30 ribu di Tugu Kilometer Nol Indonesia dari Pemerintah Kota Sabang.