Tukik-tukik itu pun Kembali ke Habitatnya
ANAK PENYU: Pelepasliaran 500 tukik (anak penyu, red.) di Pantai Sodong, Desa Karangbenda, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Kamis (19/9/2024) sore. --
Saat itu, telur-telur penyu lekang yang ditemukan nelayan dijual dengan harga Rp2.000-Rp5.000 per butir karena banyak yang meyakini telur penyu itu bisa meningkatkan stamina pria dewasa meskipun hal itu belum terbukti secara medis.
"Padahal, penyu merupakan salah satu satwa yang dilindungi oleh undang-undang karena keberadaannya hampir punah," ungkap Jumawan.
Hingga suatu saat, dia diberi 50 butir telur penyu yang ditemukan oleh saudaranya di Pantai Sodong. Telur-telur penyu tersebut selanjutnya ditetaskan di tempat penetasan yang didesain secara alami dan setelah 49 hari, hanya 33 telur yang menetas jadi tukik dan tiga ekor di antaranya mati.
Setelah dilakukan penanganan tanpa bantuan orang lain, puluhan tukik yang telah berusia sekitar 3 bulan itu diserahkan Jumawan kepada BKSDA untuk dilepasliarkan di Pantai Sodong. Sejak itulah, Jumawan mulai menekuni kegiatan konservasi penyu lekang dan dalam perjalanannya mencoba melakukan konservasi penyu sisik dan penyu hijau yang juga ditemukan di wilayah Cilacap.
Jumawan pun merasa bersyukur karena saat ini kesadaran masyarakat terhadap keberadaan penyu yang terancam punah terus meningkat, sehingga aktivitas perburuan, jual beli, dan mengonsumsi telur penyu dapat diminimalisasi.
Bahkan, masyarakat nelayan dengan sukarela melaporkan dan menyerahkan telur-telur penyu yang mereka temukan kepada Kelompok Konservasi Penyu Nagaraja untuk ditetaskan.
Tukik-tukik yang baru menetas tidak langsung dilepasliarkan melainkan dirawat lebih dulu selama kurang lebih 1-2 bulan dengan harapan nantinya bisa bertahan hidup di laut dalam ketika dilepas ke habitatnya.
Jumawan memprediksi peluang hidup tukik yang baru menetas dan langsung dilepasliarkan hanya 1 banding 1.000. Dalam hal ini, dari 1.000 tukik yang dilepasliarkan ketika baru menetas, hanya 1 tukik yang memiliki peluang untuk hidup.
Akan tetapi ketika tukik yang dilepasliarkan itu sudah berusia 1-2 bulan, sekitar 10 persennya diharapkan dapat bertahan hidup dan tumbuh menjadi penyu dewasa, sehingga bisa menambah populasi penyu di alam bebas.
Sejak tahun 2019 hingga saat ini sudah ada ribuan tukik yang dilepasliarkan oleh Kelompok Konservasi Penyu Nagaraja. Pada tahun 2019 dilepasliarkan sebanyak 32 tukik, tahun 2020 sebanyak 142 tukik, tahun 2021 sebanyak 410 tukik, tahun 2022 sebanyak 294 tukik, tahun 2023 sebanyak 855 tukik, dan pada tahun 2024 untuk sementara telah dilepasliarkan sebanyak 1.200 tukik.
Pelepasliaran tukik tersebut tidak hanya dilakukan secara seremoni, juga pada hari Sabtu dan Minggu saat ada kunjungan wisata edukasi yang dilakukan siswa dari berbagai sekolah. Hal itu dilakukan untuk mengedukasi siswa tentang keberadaan penyu yang terancam punah.
Kepala Resor Konservasi Wilayah Cilacap BKSDA Provinsi Jawa Tengah Wahyono Restanto mengatakan sepanjang pantai selatan Cilacap hingga Kebumen merupakan habitat penyu lekang dengan tempat peneluran di pantai-pantai yang sepi dari aktivitas masyarakat.
Sementara untuk keberadaan penyu sisik dan penyu hijau Cilacap, dapat dijumpai di Pantai Pasir Putih, Pulau Nusakambangan. Namun khusus untuk penyu sisik, saat ini statusnya sangat terancam atau sangat kritis (critically endangered).
Habitat penyu sisik dan penyu hijau di Nusakambangan tergolong aman dari jangkauan manusia karena berada di kawasan yang dikelola Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham). Dalam hal ini, sebagian besar wilayah Nusakambangan dikelola Kemenkumham untuk kepentingan lembaga pemasyarakatan, sebagian dikelola Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) khususnya Cagar Alam Nusakambangan Timur dan Cagar Alam Nusakambangan Barat, serta sebagian dikelola oleh pihak lain.
Kendati aman dari jangkauan manusia, di habitat penyu sisik dan penyu hijau itu terdapat predator alami seperti biawak, babi hutan, dan monyet yang sering kali mengonsumsi telur penyu.