Nilai Tukar Petani di Jambi Naik pada September Dibanding Agustus 2024

Kepala BPS Provinsi Jambi Agus Sudibyo saat memberikan keterangan berita resmi statistik--

JAMBIEKSPRES.CO-Nilai tukar petani (NTP) di Provinsi Jambi mengalami kenaikan yang signifikan pada bulan September 2024, menunjukkan pertumbuhan sebesar 1,91 persen dibandingkan bulan sebelumnya, Agustus 2024. Kenaikan ini menjadi kabar gembira bagi para petani dan diharapkan dapat meningkatkan perekonomian lokal.
Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, Agus Sudibyo, mengungkapkan bahwa NTP pada bulan September 2024 tercatat mencapai 160,40.

Angka ini mencerminkan peningkatan yang didorong oleh beberapa faktor kunci.

Salah satu penyebab utama adalah kenaikan indeks harga yang diterima oleh petani dari komoditas-komoditas utama yang mereka hasilkan, seperti kelapa sawit, karet, gabah, kopi, dan biji cokelat.

BACA JUGA:Nilai Tukar Petani Jambi Naik 2,49 Persen Dibandingkan Tahun Lalu

BACA JUGA:April 2024, Nilai Tukar Petani Provinsi Jambi Naik 2,49 Persen

Kenaikan harga komoditas ini menjadi sinyal positif bagi para petani yang berjuang untuk mendapatkan imbalan yang lebih baik atas usaha mereka.
Namun, di sisi lain, terdapat penurunan pada indeks harga yang harus dibayarkan oleh petani untuk sejumlah komoditas, termasuk cabai merah, cabai rawit, bawang merah, bawang putih, jengkol, terong, dan daging ayam ras.

Penurunan ini memberikan sedikit angin segar bagi petani, karena mereka tidak perlu mengeluarkan biaya tinggi untuk komoditas tertentu, yang pada gilirannya dapat membantu meningkatkan margin keuntungan mereka.
Agus juga mencatat bahwa pada September 2024, indeks harga yang diterima petani meningkat menjadi 193,11, yang menunjukkan pertumbuhan sebesar 1,28 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

BACA JUGA:Bapanas Sebut Impor Beras Tak Ganggu Nilai Tukar Petani

BACA JUGA:Harga Pinang Kelotok Mencapai Rp 5.000 per Kg, Petani Masih Merasa Kurang Puas

Sementara itu, indeks harga yang dibayarkan oleh petani mengalami penurunan sebesar 0,62 persen menjadi 120,39.

Hal ini menciptakan situasi yang menguntungkan bagi petani, meskipun mereka juga harus memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi biaya produksi.
Meskipun ada kenaikan dalam NTP, Agus mengingatkan bahwa para petani di Jambi juga menghadapi tantangan dalam bentuk peningkatan biaya produksi dan kebutuhan akan barang modal (BPPBM).

Biaya ini terkait dengan komoditas seperti getah, bibit kelapa sawit, insektisida, dan ban dalam motor.

Faktor-faktor ini harus diimbangi dengan peningkatan hasil dan harga untuk memastikan kesejahteraan petani.
Jika kita melihat data NTP dari Januari hingga September 2024, tren kenaikan terlihat cukup jelas.

BACA JUGA:Petani Tanjabtim Pilih Berkebun Melon dan Semangka daripada Sawit

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan