Tiga Lima

Oleh : Dahlan Iskan--

Oleh: Dahlan Iskan

JAMBIEKSPRES.CO - Orang sukses sering tidak sengaja berbuat agar sukses. Dina Nur Anggraini Ningrum bahkan tidak tahu apa itu H-indeks.

Tahu-tahu kampusnyi heboh: kampus Unnes Semarang. Nama Ningrum dan Unnes tercantum dalam Sinta (Science and Technology Index) –sistem ranking di direktorat perguruan tinggi Kemendikbud.

Ningrum dari Unnes sebagai peraih H-indeks tertinggi di Indonesia.

Sejak itu Ningrum tahu ada H-indeks. Yakni indeks untuk mengukur produktivitas dan kualitas penelitian.

Perumusnya seorang fisikawan bernama Jorge E. Hirsch dari University of California San Diego.

BACA JUGA:Pj Bahri Diskusi Bersama Warga SAD untuk Sukseskan Pilkada Serentak 2024

BACA JUGA:Kolaborasi Sukses Turunkan Angka Buta Aksara Indonesia

Hirsch merumuskan indeks pengukur –juga digunakan untuk mengukur seorang ilmuwan yang meraih gelar Nobel– itu tahun 2005.

Begitu nama Ningrum muncul moncer di Sinta, reaksi pertama sangat negatif: Ningrum mencapainya dengan cara-cara curang. Ningrum dituduh sebagai pengejar H-indeks dengan cara yang tidak terhormat.

Ningrum sampai harus membuat klarifikasi ke institusi kampusnyi. Barulah orang tahu Ningrum melakukan penelitian dengan cara yang belum biasa dilakukan di sini: bergabung dengan grup penelitian besar di dunia.

Di kalangan akademi, nama Ningrum memang bukan siapa-siapa. Bukan profesor. Baru asisten profesor. Kampusnyi pun bukan UI atau ITB.

BACA JUGA:Nobel Caltech

BACA JUGA:Nobel Robin

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan