Memahami Gejala Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS)

Ilustrasi - Sindrom ovarium polikistik (PCOS). ANTARA/Shutterstock/Panchenko Vladimir/am.--

JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO- Dokter spesialis obstetri-ginekologi dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo, dr. Mila Maidarti, SpOG (K), memberikan penjelasan mengenai sindrom ovarium polikistik atau Polycystic Ovary Syndrome (PCOS), yang merupakan kondisi hormonal yang dapat memengaruhi ovulasi.

Dalam acara di Antara Heritage Center, Jakarta, dr. Mila menyatakan bahwa untuk mendiagnosis PCOS, terdapat tiga gejala utama yang harus diperhatikan, dan jika ada dua dari tiga gejala tersebut, seseorang bisa dikategorikan mengidap sindrom ini.

Gejala pertama adalah siklus menstruasi yang tidak teratur. Hal ini dapat mencakup periode menstruasi yang terlambat hingga dua atau tiga bulan.

BACA JUGA:Jenis-Jenis Penyakit Jantung Kardiomiopati dan Gejalanya

BACA JUGA:Mengenal Gejala dan Prosedur PCI untuk Serangan Jantung Akut

Gejala kedua berhubungan dengan hiperandrogen, yang ditandai oleh peningkatan kadar hormon androgen, sering disebut sebagai hormon pria.

Pada wanita dengan PCOS, kadar hormon ini dapat meningkat, mengakibatkan masalah seperti jerawat dan pertumbuhan rambut berlebih di area yang tidak biasa, mirip dengan pola kebotakan pada pria.

Gejala ketiga dapat diketahui melalui pemeriksaan ultrasonografi, di mana ovarium akan menunjukkan gambaran polikistik dengan adanya lebih dari 20 folikel kecil dalam satu ovarium.

BACA JUGA:Mengenal Gejala dan Prosedur PCI untuk Serangan Jantung Akut

BACA JUGA:Ruam di Tungkai Bawah Bisa Jadi Gejala Radang Pembuluh Darah Kecil

"Gambaran ini sering terlihat seperti rangkaian mutiara atau roda pedati, yang menunjukkan adanya ketidakseimbangan dalam siklus reproduksi," jelas dr. Mila.

Dokter Mila mengingatkan bahwa diagnosis PCOS harus dilakukan dengan hati-hati, dan pemeriksaan menyeluruh sangat penting.

Sebelum diagnosis dibuat, dokter perlu memastikan tidak ada penyebab lain yang dapat mengganggu siklus menstruasi, seperti kadar hormon prolaktin yang tinggi pada wanita yang sedang menyusui.

BACA JUGA:Dokter Spesialis Mata Jelaskan Gejala dan Penanganan Diplopia

Tag
Share