Suku Puka Dianggap Sebagai Tuan Tanah Gunung Lewotobi
GUNUNG LEWOTOBI: Pemandangan Gunung Lewotobi Laki-laki (belakang), dari tepi pantai di Desa Lewolaga, Titehena, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Jumat (8/11/2024). FOTO : ANTARA--
Setia Menjaga Tradisi dan Tetap Siaga Atas Erupsi Gunung Lewotobi
Mentari pagi di akhir pekan mulai beranjak menyinari Bumi Flobamora. Masyarakat di Desa Lewolaga, Titehena, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, tampak memulai rutinitas hariannya.
---
UMUMNYA, warga asli yang menempati daerah tersebut tengah bersiap-siap untuk mengikuti ibadah pagi di Gereja Katolik St. Maria Immaculata, yang terletak persis di tepi Jalan Raya Trans Flores.
Namun, pada pagi hari itu tidak semua orang yang berada di desa tersebut bisa mengikuti proses ibadah. Mereka tidak semuanya memiliki pakaian bersih yang mereka nilai pantas digunakan untuk beribadah.
Sebab, Desa Lewolaga menjadi salah satu lokasi posko pengungsian terpadu yang disiapkan oleh pemerintah bagi para penyintas bencana erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki. Banyak di antara para pengungsi yang belum berkesempatan untuk mengikuti sesi ibadah pada pagi hari itu.
Salah satunya adalah Hugo Puka (53), seorang pengungsi sekaligus Kepala Suku/Marga Puka yang pada saat ditemui hendak kembali ke kediamannya di Desa Nurabelen, Ilebura, Flores Timur, guna mengecek keadaan sejumlah warga yang tengah berjaga di desa tersebut.
BACA JUGA:Gunung Semeru Luncurkan Awan Panas
BACA JUGA:Keasang Pengarep Turun Gunung
Pada saat itu kondisi desa sedang sepi, karena Desa Nurabelen merupakan salah satu dari sejumlah desa yang berada dalam radius 7 kilometer dari Puncak Gunung Lewotobi Laki-laki, di mana sebanyak 828 warga desa tersebut diwajibkan untuk mengungsi ke Desa Lewolaga, untuk mencegah potensi terjadinya hal yang lebih buruk. Hanya sejumlah warga yang berjaga di Desa Nurabelen.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut Gunung Lewotobi, adalah gunung berapi kembar yang mempunyai dua puncak, yakni Lewotobi Laki-Laki dan Lewotobi Perempuan. Puncak Gunung Lewotobi Perempuan lebih tinggi daripada Gunung Lewotobi Laki-Laki. Gunung Lewotobi Laki-Laki memiliki ketinggian 1.584 meter di atas permukaan laut (mdpl). Sementara Gunung Lewotobi Perempuan memiliki ketinggian 1.703 mdpl.
Menurut cerita Hugo, para warga desa sejak zaman nenek moyang mereka telah berjanji dan bersumpah bahwa mereka tidak akan meninggalkan desa tersebut. Bagi mereka, mengingkari hal itu merupakan salah satu bentuk pengingkaran terhadap leluhur yang diyakini telah menjaga mereka.
Suku Puka dianggap sebagai tuan tanah atau "pemilik" Gunung Lewotobi. Ritual adat Tuba Ile untuk menghargai gunung itu digelar setiap tahun secara rutin. Ritual adat ini sudah dijalankan selama ratusan tahun. Ritual itu biasanya juga bertujuan untuk menyampaikan permintaan maaf atas ulah manusia yang mengusik ketentraman alam.
Mereka meyakini bahwa setiap ritual adat yang mereka lakukan merupakan upaya dalam mengimplementasikan Liko lapak dalam keseharian mereka. Liko lapak memiliki arti saling menjaga, merawat, dan melindungi.